Kota Yogyakarta merupakan salah satu dari empat wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki lahan paling sempit dibandingkan empat kabupaten yang lain. Selain luas lahan sawahnya yang hanya berkisar 53 hektar (Sumber DPP Kota Yogya), juga padatnya bangunan perkotaan yang menambah sempitnya ruang publik hijau yang ada di Kota Yogyakarta. Arah pertanian yang ada di Kota Yogyakarta, memang bukan ditujukan untuk mengejar produktivitas panen, kehadirannya lebih kepada edukasi dan wisata semata. Namun begitu Pemerintah Kota Yogyakarta masih berkomitmen mempertahankan luas lahan persawahannya dengan Peraturan Wali Kota, agar lahan persawahan di kota tidak mengalami penyusutan.
Kelompok tani Gemah Ripah adalah salah satu kelompok tani di Kota Yogyakarta yang mencoba menumbuhkan “virus bertanam” di lingkungan perkotaan sebagai respon positif akan sempitnya lahan pekarangan di perkotaan. Sejak tahun 2013 hingga saat ini, kelompok tani yang berangotakan pria dan wanita sebanyak 23 orang ini tiada henti-hentinya mengembangkan berbagai tanaman sayuran dan tanaman obat. Jenis tanaman yang dikembangkan diantaranya adalah sawi, caisim, pagoda, cabe, terong, kangkung, bayam, seledri, sere, jahe merah dll. Disela-sela aktifitasnya, anggota kelompok mengadakan pertemuan rutin setiap satu minggu sekali dan sebulan sekali dengan bimbingan petugas pertanian, serta berbagai kegiatan di bidang pertanian telah dilakukan oleh anggota kelompok, dimulai dari pembuatan media tanam dengan menggunakan pupuk organik, membuat pupuk organik skala kecil, pembibitan, pemeliharaan, pembuatan pestisida nabati dan pengembangan jenis tanaman yang ditanam di wilayah Kelurahan Bausasran, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta secara mandiri.
Tidak heran apabila Kelompok tani Gemah Ripah ini mendapatkan beberapa penghargaan. Pada tahun terakhir penghargaan yang diperoleh adalah Juara I Kampung Sayur se Kota Yogyakarta, Juara I Proklim se Kota Yogyakarta dan mendapat apresiasi karena mampu menumbuhkan virus bertanam-nya di sekitar Kecamatan Danurejan dengan dihadiri Menteri Pertanian Republik Indonesia Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.Si, MH, pada awal bulan Oktober 2019 yang lalu. Sungguh satu kelompok yang sangat inspiratif karena mampu menginspirasi tumbuhnya kelompok-kelompok baru sebanyak enam kelompok tani di sekitar wilayahnya untuk mengikuti jejak Kelompok tani Gemah Ripah ini. Kelompok ini juga sering menjadi tempat tujuan untuk studi banding beberapa komunitas atau institusi pemerintah maupun swasta, karena bisa menjadi referensi bagi siapapun yang ingin membangun ruang publik hijau di lahan yang sangat sempit di tengah perkotaan yang sudah dipadati bangunan-bangunan pemukiman warga. Hanya dengan kesadaran yang tinggi akan perlunya ruang publik hijau dan lingkungan yang asri inilah, yang menjadikan Kelompok tani Gemah Ripah mewujudkan keinginan warganya akan suasana asri di lorong-lorong perkotaan. Dimanfaatkannya dinding-dinding dengan wall garden, pot dari botol bekas air mineral/cat, tabulampot, hidroponik, polybag dan pot-pot disepanjang lorong, semakin menambah suasana asri di lingkungan pemukiman warga yang padat. Selain bisa menjadi pojok swafoto, dan menambah estetika lorong menjadi lebih indah, hasil panennya juga dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan anggota atau warga sekitarnya.
Dengan bimbingan dari petugas Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY dan Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta, Kelompok tani Gemah Ripah telah mampu mengembangkan beberapa pestisida nabati untuk pengendalian hama yang ramah lingkungan, diantaranya adalah pestnab dari ekstrak tembakau, ekstrak daun sirsak, dll. Pengendalian hama dengan prinsip budidaya tanaman sehat pun telah diterapkan oleh anggota dan disebarluaskan ke warga sekitarnya. Sehingga terjaga lingkungannya dari kontaminasi produk-produk kimia yang dapat meracuni tanah, air maupun manusia, serta hasil panennya memiliki kualitas yang lebih bagus, lebih segar dan aman konsumsi.
Demikianlah keberhasilan dari Kelompok tani Gemah Ripah yang inspiratif bagi kita pelaku pertanian di lahan yang sangat sempit. Semoga dapat diikuti oleh kelompok-kelompok lain dan mampu memberikan inovasi yang lebih baik lagi. Semoga dengan segala keterbatasan yang ada, mampu memberikan kemanfaatan yang besar untuk lingkungannya. Baiklah kita tunggu siapa berikutnya !
Ditulis Oleh: DAA Pertiwi (UPTD Balai Proteksi Tanaman Pertanian DPKP DIY)