Spodoptera frugiperda atau Fall Armyworm (FAW) merupakan hama jenis baru di Indonesia yang menyerang tanaman jagung. Hama baru tersebut, dikenal dengan sebutan ulat grayak (Spodoptera frugiperda J.E. Smith) atau Fall Armyworm. Ulat grayak merupakan serangga ngengat asli daerah tropis yang sebelumnya hanya ditemukan pada pertanaman jagung di Amerika Serikat, Argentina, dan Afrika. Tahun 2018 FAW memasuki Benua Asia di kawasan India, Myanmar, dan Thailand. Maret 2019 dilaporkan merusak tanaman jagung dengan tingkat serangan berat di Kabupaten Pasaman Barat (Sumatera Barat), kemudian menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Sebagai jenis hama baru yang menyerang pertanaman jagung di Indonesia, keberadaan hama ulat grayak atau Spodoptera frugiperda ini dapat menjadi ancman seirus bagi para petani di Indonesia.
Hama ulat grayak ini mejadi perhatian khusus karena dapat merusak tanman jagung dalam waktu singkat, sehingga pentingnya informasi melalui pengamatan langsung di pertanaman jagung atau sistem scounting, serta pencegahan dan pengendalian hama ini dilakukan secara dini.
Menyebarnya hama jagung ini sampai ke Indonesia dan mampu cepat beradaptasi dengan baik. Bahkan langsung merusak pertanaman jagung. Ini karena diduga hama ulat grayak memiliki karakter biologi yang unik.
Selain itu, mudahnya penyebaran hama ini karena didukung oleh tingginya volume pertukaran barang dagang antar negara. Tingkat kerusakan akibat serangan hama jagung ini tergolong berat karena menyebabkan kerugian ekonomi pada komoditas jagung. Khusus di Daerah Istimewa Yogyakarta daerah yang sudah teridentifikasi terserang oleh ulat grayak ini meiputi wilayah : Kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Pengasih, Sentolo di kabupaten Kulon Progo, Kecamatan Godean, Gamping, Prambanan, Kalasan, dan Ngemplak di Kabupaten Sleman, Kecamatan Pandak, Jetis, Pundong, Bambanglipuro, Sanden, Srandakan, dan Kretek di Kabupaten Bantul, Kecamatan Wonosari, dan Semanu di kabupaten Gunungkidul.
Untuk itu, guna membantu petani di lapangan, diperlukan informasi dasar mengenai serangan hama ini serta langkah-langkah yang dilakukan secara efektif dan efisien, serta aman terhadap lingkungan.
Ciri dan Siklus Hidup Ulat Grayak Spodoptera frugiperda
Telur diletakkan berkelompok di bawah atau atas permukaan daun, awalnya berwarna putih bening atau hijau pucat, hari berikutnya berubah menjadi hijau kecoklatan, dan berwarna cokelat saat akan menetas.
Larva terdiri dari 6 stadia instar, larva instar 1-5 berwarna pucat kemudian berwarna cokelat hingga hijau muda dan berubah menjadi lebih gelap pada tahap perkembangan akhir, lama stadia l arva sekitar 12-20 hari. Larva instar akhir (stadia 6) atau instar 3 adalah stadia larva yang paling mudah diidentifikasi Terlihat empat titik hitam yang membentuk persegi di segmen kedua terakhir (segmen ke-8 abdomen) tubuhnya. Kepala berwarna gelap; terdapat bentukan huruf Y terbalik berwarna lebih terang di bagian depan kepala..
Pupa berwarna cokelat gelap biasanya berada di permukaan tanah, masa berpupa berlangsung selama 12-14 hari sebelum tahap dewasa muncul.
Imago atau Ngengat, memiiki bentangan sayap selebar 3-4 cm, sayap bagian depan berwarna cokelat gelap, sedangkan sayap belakang berwarna putih keabuan. Ngengat hidup 2-3 minggu sebelum mati. Ngengat betina dalam satu siklus hidupnya mampu bertelur hingga 1000 telur.
Gejala Kerusakan Dari Hama Ulat Grayak
Berdasarkan nama hama ini, yakni ulat grayak, diketahui bahwa fase yang paling merusak dari hama jagung ini yaitu fase larva atau ulat. Hama ulat grayak merusak pertanaman jagung dengan cara menggerek daun tanaman jagung.
Bahkan, pada kerusakan berat, kumpulan larva hama ini seringkali menyebabkan daun tanaman hanya tersisa tulang daun dan batang tanaman jagung saja. Apabila kumpulan larva hama jagung ini mencapai kepadatan rata-rata populasi 0.2 – 0.8 larva per tanaman. Akibatnya, itu menjadikan pengurangan hasil produksi sebanyak 5 – 20%.
Tanaman jagung yang diserang oleh hama jagung ulat grayak kerusakannya ditandai dengan:
- Adanya bekas gesekan dari larva atau ulat.
- Pada permukaan atas daun atau disekitar pucuk tanaman jagung, ditemukan serbuk kasar seperti serbuk gergaji.
- Ulat grayak ini merusak bagian pucuk, daun muda, maka tanaman jagung dipastikan akan mati.
- Ketika populasi ulat grayak ini sangat tinggi, maka bagian tongkol jagung juga akan diserang oleh hama ini.
Foto Gejala Serangan pada titik tumbuh tanaman jagung
Sistem Scouting Untuk Mengelola Tanaman Jagung
Salah satu hal penting yang perlu diktehaui oleh petani di lapangan dan dapat langsung dilakukan untuk mengelola dan mengendalikan hama ulat grayak ini adalah dengan melakukan pengamatan langsung di pertanaman jagung atau sistem scouting.
Pengamatan bisa dilakukan satu kali dalam seminggu dilakukan secara intensif. Dari pengamatan berdasarkan sistem scouting tersebut, diharapkan petani mendapatkan pengetahuan langsung sehingga dapat mengambil keputusan untuk pengendalian yang tepat dan efisien ketika serangan hama ulat grayak ini sangat tinggi. Sehingga produksi jagung tetap dapat dipertahankan dan lebih sedikit sumber daya yang terbuang, serta bersifat berkelanjutan.
Selain itu, terkait luasan lahan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan khusus untuk para petani jagung dengan luas lahan kurang dari 2 ha, diantaranya yaitu:
- Sistem scouting akan memudahkan petani dalam mempelajari variabilitas lahan jagungnya. Sistem ini merupakan sebagai cara yang cepat dan sistematis untuk mempertahan pertumbuhan tanaman yang sehat dan menduga keberadaan organisme-organisme tertentu yang berpotensi menyebabkan kerusakan dan kehilangan hasil.
- Aplikasi sistem ini pada keberadaan hama ulat grayak jenis S. frugiperda, prosedurnya cukup sederhana, yaitu tentukan bidang yang akan diambil sampelnya.
Pola scouting yang digunakan untuk jenis ulat grayak ini adalah pola huruf “W” yang mencakup seluruh bidang lahan. Pola huruf “W” tersebut bisa dilihat pada gambar dibawah ini:
- Lakukan pengamatan pada 10 tanaman (stasisun) secara berturut-turut di awal dan di setiap plot.
- Amati dengan seksama masing-masing 10 tanaman sampel seperti gejala serangan yang menunjukkan adanya beberapa stadia ulat grayak yang hidup pada tanaman tersebut
- Hitung dan catat hanya tanaman yang terinfestasi oleh hama ulat grayak ini.
Pencegahan dan Pengendalian Ulat Grayak
- Tindakan Pencegahan
- Pengunaan benih dan varietas yang memiliki daya kecambah yang baik dan bebas dari penyakit.
- Lakukan waktu penanaman yang tepat waktu dan hindari waktu penanaman yang tidak seragam pada satu lahan. Itu untuk menghindari ketersediaan tanaman ianang hama ini ini secara terus menerus.
- Kondisi tanah yang baik dengan penggunaan pupuk anorganik secara seimbang untuk mengurangi intesitas serangan hama ulat grayak ini.
- Lakukan sistem tumpang sari tanaman jagung dengan tanaman lain yang tidak disukasi oleh hama ini.
- Lakukan pengamatan setidaknya seminggu sekali untuk mengamati, mempelajari, dan mengambil keputusan yang tepat jika ditemukan gejala serangan hama ini.
- Strategi Pengendalian
Upaya pengendalian yang perlu dilakukan untuk menurunkan populasi serangan FAW dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Kultur Teknis
- Membajak lahan sebelum ditanami tanaman jagung.
- Menanam serempak sejak di persemaian.
- Tumpangsari dengan tanaman kacang- kacangan dan ubi jalar.
- Menanam tanaman perangkap 2-3 baris seperti rumput gajah.
- Melakukan pemupukan seimbang.
- Memberi abu dan serbuk cabai di permukaan daun yang menggulung.
Mekanis
Cara paling sederhana adalah mencari dan mengumpulkan kelompok telur dan dihancurkan dengan tangan. Monitoring lahan seminggu dua kali di masa vegetatif, terutama pada saat tingginya peletakan telur. Larva muda sebaiknya diambil sebelum melakukan penetrasi lebih jauh.
Pengendalian Hayati
FAW memiliki banyak musuh alami yang berperan sebagai agensia pengendali hayati. Musuh alami merupakan bagian penting dari Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Berikut jenis musuh alami FAW berdasarkan informasi dari Kementerian Pertanian RI:
- Parasitoid
Telenomus remus (Hymenoptera: Platygastridae)
Chelonus insularis (Hymenoptera: Braconidae)
Cotesia marginiventris (Hymenoptera: Braconidae)
Trichogramma spp. (Hymenoptera: Trichogrammatidae)
- Predator
Cocopet (Dermaptera: Forficulidae), Kumbang Kepik (Coleoptera: Coccinellidae), Kumbang Tanah (Coleoptera: Carabidae), Semut (Hymenoptera: Formicidae)
- Entomopatogen
Virus: Nuclear Polyhedrosis Virus (NPV) yaitu Spodoptera frugiperda Multicapsid Nuclear Polyhedrosis Virus (SfNPV).
Cendawan: Metarhizium (Nomuraea) rileyi dan Beauveria bassiana.
Kimiawi
Berdasarkan hasil rapat Pleno Komisi Pestisida tanggal 23 Mei 2019, beberapa bahan aktif yang dapat mengendalikan FAW adalah sebagai berikut:
- Emamektin benzoat
- Siantraniliprol
- Spinetoram
- Tiametoksam
Ditulis Oleh: Rais Sulistyo Widiyatmoko, S.Si, Fungsional POPT Ahli Muda D.I.Yogyakarta