Latar Belakang
Produksi sampah meningkat sepanjang tahun (900 ton/hari se DIY) dimana 50 – 60% nya adalah sampah organik. Kebutuhan akan pupuk semakin tinggi dengan adanya intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian. Adanya Isu pencemaran lingkungan dan kerusakan lahan petanian dikarenakan input pupuk kimia sintetis, serta semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pangan sehat. Keempat hal tersebut mendasari penting nya pengelolaan sampah organik dan alternatif pemanfaatan sampah organik. Salah satu nya sebagai bahan dasar pembuatan pupuk organik. Sampah organik memiliki potensi sebagai bahan baku pupuk tidak kalah dengan bahan baku lain seperti kotoran sapi. Berikut adalah perbandingan komposisi unsur hara dari sampah organik dan kotoran sapi.
Sumber : Sastro et al., 2013
Kandungan unsur hara sampah organik cukup tinggi, C/N rasio lebih rendah dari kotoran sapi memudahkan dalam proses dekomposisi sehingga potensial sebagai bahan dasar pupuk.
Teknologi Produksi Pupuk Sampah Organik
Sampah organik dapat dijadikan pupuk organik melalui beberapa teknologi produksi. Diantaranya melalui teknologi pengomposan dengan penambahan mikrobia atau EM (effective microorganisme) kemudian hasil pupuk organik nya sering disebut sebagai kompos EM, pengomposan dengan mediator cacing tanah dan hasil nya disebut sebagai vermikompos, dan pengomposan dengan penambahan MOL (mikroorganisme lokal) atau kompos MOL.
Proses produksi kompos EM :
Sampah organik dicacah/dikecilkan ukurannya, tambahkan serbuk gergaji/tanah/kompos jadi, kemudian ditambahkan dengan larutan EM dan aduk rata. Tutup rata wadah pengomposan. Pengadukan dilakukan seminggu sekali untuk aerasi. Kompos jadi kurang lebih 7-8 minggu ditandai dengan warna kompos coklat kehitaman, berbau tanah dan berbutir halus. Untuk hasil lebih baik dapat dilakukan pengayakan.
Proses produksi vermikompos :
Sampah organik dicacah/dikecilkan ukurannya, kemudian diletakkan di wadah pengomposan dapat berupa kotak kayu atau plastik yang nantinya akan digunakan sebagai media tumbuh cacing. Wadah tidak disarankan berbahan aluminium. Wadah ditutup dengan kain/terpal. Penutup dibuka setiap 1 minggu sekali untuk menghilangkan gas. Cacing akan mengurai sampah organik sebagai bahan makanannya dan berkembang biak serta menghasilkan kotoran yang disebut cascing. Species cacing yang sering digunakan antara lain Eisenia Foetida, Eisenia Hortensis, Perionyx Excavatus dan Lumbricus T.erestris. Ketentuan pembuatan vermikompos adalah setiap 1 meter persegi tanah dengan ketebalan 5-10 cm dibutuhkan 2000 ekor cacing. Vermikompos jadi kuranglebih 2 minggu ditandai dengan sampah yang remah berbentuk semi oval dan tidak berbau. Cascing dipisahkan dari cacing dan diangin-anginkan. Hasil lebih baik dapat dilakukan pengayakan sebelum dikemas.
Proses produksi kompos MOL :
Sampah organik dicacah/dikecilkan ukurannya dan dimasukkan dalam wadah pengomposan. Kemudian ditambahkan dengan MOL dan kompos jadi agar fementasi lebih cepat. MOL dapat dibuat dari fermentasi buah-buahan atau sayuran/dedaunan atau sampah organik lainnya (4 kg), ditambahkan dengan terasi (200 gr), gula (5 gr) dan air (1200 ml). Kompos diaduk setiap 3 hari sekali.
Kandungan Unsur Hara berbagai Pupuk Sampah Organik
Teknologi produksi yang berbeda akan menyebabkan kandungan unsur hara pupuk yang berbeda pula meskipun menggunakan bahan baku yang sama. Berikut adalah informasi mengenai kandungan unsur hara pada masing-masing jenis pupuk organik sampah yang dihasilkan dengan teknologi produksi yang berbeda.
Sumber : Sastro et al., 2013
Kandungan unsur hara pupuk kompos sampah organik memenuhi standar mutu kompos menurut SNI 2004. Masing-masing kompos yang dihasilkan dengan penambahan EM, MOL dan cacing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Keunggulan vermikompos mempunyai kemampuan menahan air sebesar 40-60% sehingga mampu mempertahankan kelembaban, memperbaiki struktur tanah, dan menetralkan pH. Ketiganya sama-sama memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sayuran berdaun.
Referensi
[1] Sastro, Y., et al. 2007. Kajian pemanfaatan limbah sayuran dan buahan sebagai pupuk organik dan bahan pakan ternak. Laporan Penelitian. BPTP Jakarta.
[2] Sastro, Y., et al. 2013. Pengkajian Produksi Pupuk Organik dari Sampah Pasar Menggunakan Cacing (Vermicomposting) Serta Pemanfaatannya Sebagai Media Perbibitan Tanaman. Laporan Penelitian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta. Jakarta
[3] Karthikeyan, V., et al. 2007. Vermicomposting of market waste in Salem, Tamilnadu, India. Proceeding of The International Conference on Sustainble Solid Waste Management. September. pp 276-281.
[4] Https://m.sariagri.id/pertanian. Teknik Pengomposan Sampah Menggunakan Cacing. Diakses pada 7 Oktober 2020.
Ditulis oleh : Prahesti Elizani (Penyuluh Ahli Pertama), Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY