DPKP DIY. Senin (18/9) sidang Komite World Heritage UNESCO ke 45 yang diselenggarakan di Riyadh Arab Saudi menetapkan Sumbu Filosofi Jogja menjadi Warisan Budaya Dunia. Sumbu Filosofi Yogyakarta atau yang disebut The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks telah diajukan sebagai warisan budaya dunia tak benda sejak tahun 2014 dengan melalui beberapa tahap yaitu mulai dari kajian akademik, administrasi hingga visitasi.
Penetapan Sumbu Filosofi sebagai Warisan Budaya Dunia ini tergolong cepat, berbeda dengan nominasi warisan dunia negara lain. Abdulelah Al-Tokhais dari Chairperson World Heritage Committee menyampaikan selamat untuk Indonesia (ditetapkannya Sumbu Filosofi Jogja menjadi Warisan Budaya Dunia).
Pada kesempatan tersebut Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X yang hadir mewakili Gubernur DIY Hemengku Buwono X menyampaikan bahwa keberhasilan ini merupakan hasil kerja sama semua pihak dan merupakan penghargaan atas mahakarya Sri Sultan Hamengku Buwana I, pemrakarsa Sumbu Filosofi yang penuh dengan nilai filosofi yang tinggi ini.
“Adalah kewajiban kita untuk melestarikan Sumbu Filosofi ini dengan segala atribut yang menyertainya,”lanjut KGPAA Paku Alam X membacakan sambutan Gubernur DIY.
Senada dengan itu Abdul Aziz Ahmad Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Arab Saudi selaku ketua delegasi pemerintah Indonesia menyampaikan terima kasih kepada Komisi Warisan Dunia UNESCO yang telah menetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta untuk dicantumkan dalam Daftar Warisan Dunia (World Heritage List).
Delegasi dari Daerah Istimewa Yogyakarta antara lain Sekretaris Daerah DIY Beny Suharsono, Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi, Kepala DPMPTSP DIY Agus Priono, Kepala Balai Pengelolaan Sumbu Filosofi Yogyakarta Dwi Agung Hernanto, akademisi Universitas Gadjah Mada Daud Aris Tanudirjo, serta perwakilan dari Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Tahapan seleksi yang panjang menjadi jalan yang harus dilalui bagi setiap negara yang mengusulkan situs-situs warisan budayanya dimana pada akhirnya dalam sidang Komisi Warisan Dunia UNESCO akan dinominasikan dan ditetapkan menjadi Warisan Budaya Dunia.
Tujuan diselenggarakannya Sidang Komisi Warisan Dunia UNESCO ini adalah untuk mempromosikan kerja sama antar negara untuk melindungi warisan budaya dan alam dari seluruh dunia yang memiliki Nilai Universal yang Luar Biasa (Outstanding Universal Values) sehingga konservasinya penting bagi generasi sekarang dan yang akan datang.
Sumbu Filosofi Yogyakarta
Pada abad ke 18 Sri Sultan Hamengku Buwono I yang merupakan Raja Pertama dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat mencetuskan konsep tata ruang yang kemudian dikenal sebagai Sumbu Filosofi Yogyakarta. Konsep tata ruang ini dibuat berdasarkan konsepsi Jawa yang berbentuk struktur jalan lurus yang membentang dari Panggung Krapyak di selatan menuju utara ke Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, dan sampai di Tugu Jogja.
Struktur jalan lurus tersebut dengan kawasan disekelilingnya merupakan perwujudan falsafah Jawa tentang keberadaan manusia yang meliputi daur hidup manusia (Sangkan Paraning Dumadi), kehidupan harmonis antar manusia dan antara manusia dengan alam (Hamemayu Hayuning Bawana), hubungan antara manusia dan Sang Pencipta serta antara pemimpin dan rakyatnya (Manunggaling Kawula Gusti), serta dunia mikrokosmik dan makrokosmik.
Hingga saat ini khususnya di wilayah sekitar Sumbu Filosofi dan pada umumnya di Yogyakarta masih melestarikan tradisi Budaya Jawa, baik di dalam pemerintahan, kesenian, hukum adat, sastra, ritual-ritual, serta festival budaya. Hal ini merupakan bukti bahwa masyarakat di Yogyakarta akan terus melestarikan tradisi budaya dan peradaban Jawa. (admin)
Sumber gambar: www.antaranews.com