DPKP DIY. Acara panen padi tersebut diselenggarakan pada Minggu (12/3) di Kelompok Tani "Karangtalun", Kalurahan Kebon Agung, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul. Secara langsung padi dipanen oleh Dirjen Tanaman Pangan Kementan RI dan Bupati Bantul.
Penggunaan biosaka untuk budidaya tanaman padi sendiri telah dilakukan pada 400 hektar lahan sawah dimana 214 hektar berada di Kapanewon Imogiri dengan rata-rata 18 anakan per rumpun dan menghasilkan umbinan 8,96 ton per hektar gabah kering panen (GKP).
Pada kesempatan tersebut Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengatakan bahwa Kabupaten Bantul merupakan wilayah yang telah ditunjuk oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia sebagai salah satu wilayah penyangga pangan nasional. Oleh karena itu Bantul terus mendorong sektor pertanian yang merupakan salah satu sektor ekonomi unggulan agar terus berkembang.
"Biosaka, metode pertanian yang baru, yang terbukti lebih efisien dan lebih ramah lingkungan, patut dan layak untuk terus dikembangkan. Bersama-sama mari kita pastikan semua petani di Kabupaten mengetahui cara membuat biosaka dan mengetahui manfaat-manfaat biosaka. Ini adalah awal bagi Bantul untuk mengembangkan pertanian agar efisien dari segi modal, dan lebih banyak dari segi hasil. Mari wujudkan Kabupaten Bantul sebagai kabupaten biosaka," ujar Halim.
Hadir pada kesempatan tersebut Plh. Asisten Sekretaris Daerah Bidang Perekonomian dan Pembangunan DIY Yuna Pancawati, SE, M.Si. Pada kesempatan tersebut Yuna Pancawati mengajak seluruh stakeholder untuk mendukung para petani yang terus berjuang dan berkarya dalam menciptakan kemandirian pangan dengan membeli produk-produk pertanian lokal.
Pada kesempatan yang sama Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI Suwandi mengatakan Biosaka itu bukan barang pabrikan, bukan merk, bukan pupuk, bukan pestisida, tidak diperjualbelikan, tetapi ini betul-betul dibuat sendiri oleh petani.
“Target berikutnya adalah setiap petani menggunakan biosaka secara masif, dan menaikkan level ke elisitor nuswantara biosaka untuk mewujudkan tanah nusantara sebagai Land of Harmony," lanjut Suwandi.
Dalam kesempatan ini juga dilakukan pemecahan Rekor MURI Pembuatan Bahan Alami Biosaka yang diikuti oleh 1.000 orang peserta yang terdiri dari petani, pengurus kelompok tani, masyarakat, penyuluh pertanian, dan POPT. Bahan yang digunakan yaitu 5 jenis rumput/daun yang sehat dan tidak terkena hama dan air. Biosaka bukan pupuk dan bukan pestisida namun biosaka merupakan elisitor yang memberikan signaling memperbaiki tanaman dan ekosistem. Acara ini dilakukan secara secara hybrid di Bantul dan diikuti oleh 33 Provinsi yang terhubung secara daring. (admin)