DIY - Sistem surjan adalah sistem penanaman yang dicirikan dengan perbedaan tinggi permukaan bidang tanam pada suatu lahan. Dalam praktiknya, sebagian tanah lapisan atas diambil atau digali kemudian digunakan untuk meninggikan bidang tanah di sampingnya secara memanjang sehingga terbentuk surjan.
Teknologi ini merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat di wilayah Kecamatan Wates, yang konon menurut cerita turun-temurun adalah karena keterpaksaan, karena lahan sering terkena banjir dan terendam. Sistem surjan cocok digunakan untuk lahan rawa yang terendam air terus menerus. Kenapa disebut surjan?? karena pola tanamnya mirip seperti lurik pada baju Surjan yang bergaris-garis.
Salah satu kelompok yang menerapkan teknologi lahan surjan adalah Kelompok Tani (KT) Ngudi Makmur, Seworan, Triharjo.
Kelompok lain yang menerapkan system surjan adalah KT. Tani Mulyo 2, Sebokarang, Wates. Adalah bapak Paryono yang menggunakan sistem surjan dimana pada lahan bawah ditanamai padi, sedangkan lahan atasnya ditanami tumpangsari bawang merah dan caisin.
Lahan bagian atas disebut guludan yang ditanami tanaman palawija (jagung, kedelai, kacang-kacangan, dan umbi-umbian), hortikultura, buah-buahan, dan juga tanaman perkebunan, sedangkan lahan bagian bawah ditanami padi sawah, namun juga tidak menutup kemungkinan ditanami palawija dan hortikultura, terutama saat musim kemarau.
Dengan demikian, selain dapat melakukan diversifikasi tanaman, sistem surjan juga telah mengurangi resiko gagal panen dari lahan usaha tani tersebut. Artinya, seandainya suatu ketika sawah gagal panen dan menimbulkan kerugian, masih ada sumber pendapatan lainnya dari palawija ataupun sayur-sayuran.
Oleh : Hepnu Danarto, S.Pt. (BPP Wates, Kulon Progo)
artikel ini telah diupload di : www.cybex.pertanian.go.id