Kulon Progo (03/04/2021) jogjaprov.go.id – Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X berharap bahwa produk pertanian lokal dapat meningkat secara kualitas dan tak hanya dipasarkan dalam lingkup daerah, melainkan nasional hingga ekspor. “Sehingga punya pasaran yang lebih tinggi. Untuk ini, kualitas produk juga harus mengalami standarisasi, kualifikasi juga harus baik,” jelas Ngarsa Dalem.
Ngarsa Dalem berharap, produk yang dihasilkan di JAP juga harus memiliki nilai tambah. "Produk yang dihasilkan di sini harus memberikan nilai bagi petani untuk meningkatkan penghasilan dengan kualitas yang lebih baik, tapi juga punya harga yang lebih baik," terang Ngarsa Dalem.
Pernyataan tersebut disampaikan Ngarsa Dalem saat melakukan kunjungan kerja di Jogja Agro Park (JAP), Desa Wijilan, Nanggulan, Kulon Progo, Sabtu (03/04) siang. Turut hadir mendampingi Sri Sultan, yakni Sekretaris Daerah DIY, Kadarmanta Baskara Aji, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (PKP) DIY, Sugeng Purwanto. Hadir pula Kepala Dinas Pariwisata DIY, Kepala DPPM DIY, Kepala Bappeda DIY, Kepala Dinas Koperasi dan UKM DIY, dan Kepala Dinas Kesehatan DIY.
Bukan tanpa dasar, pernyataan tersebut disampaikan Sri Sultan berdasarkan pengalaman saat menggelar dialog dengan petani Kulon Progo sekitar 12 tahun lalu. "Saat itu, dilakukan dialog bagaimana mengubah tanaman jagung, kalau dibuka banyak kopong. Jadi per hektar itu menghasilkan 2 sampai 11,5 ton saja," jelas Sri Sultan.
Guna meningkatkan kualitas panen, pada saat itu dilakukan pengubahan metode penanaman dengan hanya menanam bibit unggul. "Kami kemudian melihat saat melewati Jalan Wates mau masuk ke Kulon Progo, itu semua tanaman jagung. Sehingga pada waktu itu, kami sewa dan kami tanam benih, hanya satu. Sehingga hasilnya kemudian bisa 7-8 ton dan padahal panen pertama itu hanya Rp500 per kilonya. Sehingga kalau dihitung, kalau kali 2,5 ton saja, kalau harganya Rp500 itu kan hanya Rp1,25juta saja. Tapi begitu 7-8 ton, itu kan bisa sampai Rp8juta. Di sini, pada waktu itu, kondisi memungkinkan, selama dua tahun, hampir 80% yang menanam jagung itu," jelas Sri Sultan.
Ada pun JAP sendiri merupakan komplek terpadu dengan total luas 18 hektar yang dibangun Pemda DIY pada tahun 2018. Tujuannya digunakan sebagai sarana media edukasi pertanian pada masyarakat dengan fasilitas agrinisnis atau pun agrotourism. Dari total luas tersebut, sebesar 7,4 hektar digunakan sebagai wahana wisata agribisnis yang dibuka untuk masyarakat umum.
Sri Sultan juga berharap bahwa keberadaan JAP mampu menjadi pembelajaran bagi masyarakat. “Lewat Jogja Agro Park ini bisa terlihat pembelajaran, tidak hanya tanaman namun juga sistem environment,” jelas Sri Sultan.
Lebih lanjut, Sri Sultan mengatakan bahwa pengelola JAP nantinya dapat memaksimalkan potensi tanaman yang memiliki nilai jual yang tinggi. “Bapak-bapak dari kemarin kan sudah belajar teknologi dan semacamnya. Jadi bagaimana bisa melihat, bagaimana produk ini, khususnya stroberi dan anggur. Kalau itu bisa laku di sini, lapor saja Gubernur, daripada saya tanam di lereng Merapi, itu kan ada abunya ya. Ya lebih baik ditanam di sini,” jelas Ngarsa Dalem.
Sementara itu, Kepala Dinas PKP DIY, Sugeng Purwanto, menuturkan bahwa area JAP sejatinya juga akan digunakan sebagai rest area. “Sehingga wisatawan bisa mampir, singgah di Daerah Istimewa Yogyakarta,” jelasnya.
Ke depannya, lanjut Sugeng, JAP juga akan dijadikan sebagai wahana pembelajaran namun juga untuk bisnis. "Kemudian dalam rangka meningkatkan pilar usaha agribisnis terutama meningkatkan produk dengan perkembangan teknologi, mengedepankan komoditas, negosiasi, petani milenial. Saat ini, Dinas Pertanian (DIY) sendiri sudah menemukan 600 petani milenial yang dilatih dengan KompakYo (Komunitas Petani Milenial Kreatif Yogyakarta) dan tiga tahun ke depan bisa berubah menjadi 3.000 petani milenial,” urainya.
Sugeng menambahkan, pihaknya juga telah mendapatkan hibah terkait dengan pengembangan fasilitas. “Kita juga sudah mendapatkan hibah berupa gedung pelatihan dari BPTP atau Balai Pengkajian Teknologi Pertanian DIY untuk mendukung ke depannya, atau menjadi amunisi bagi JAP,” terangnya. JAP, menurut Sugeng, juga diharapkan akan menjadi altenatif wisata pendidikan berbasis pertanian.
Sugeng berharap, JAP juga dapat digunakan sebagai sarana pelatihan, baik kaitannya dengan iklim maupun peningkatan keahlian petani. “Makanya hari ini, Bapak Bupati Kulon Progo juga kita rawuhkan (diundang untuk hadir), mudah-mudahan JAP-nya menjadi tempat berlatih terkait dengan metereologi, pembinaan, dan pelatihan pada petani," tukasnya.
Ia menambahkan, JAP nantinya dapat menjadi lahan alternatif lahan pangan. “Selanjutnya yang terpenting, sesuai dhawuh Ngarsa Dalem, dari JAP ini nanti bisa memberikan solusi terhadap pertahanan dengan menyediakan bentuk area lahan pertanian pangan berupa hutan,” tambahnya.
Pada kunjungan kerja di JAP, Sri Sultan menyempatkan tur untuk berkeliling dan menyaksikan beberapa fasilitas yang ada di Jogja Agro Park seperti area kandang sapi, kambing, kelinci, serta kolam ikan. Demikian halnya dengan taman bunga yang terdapat pada sisi bagian tengah gedung. Sri Sultan mengakhiri tur di area Green House dengan melakukan penanaman anggur dan menyaksikan ragam tanaman yang dikembangkan.
Selain fasilitas tersebut, JAP juga menyediakan beragam prasarana lain seperti Gudang Alsintan, Kolam Rekreasi, Taman Biofarmaka, Taman Durian Menoreh, Lantai Jemur, dan Gudang Produksi. JAP sendiri merupakan lokasi ketiga yang dikunjungi Sri Sultan, setelah pagi harinya mengunjungi Desa Wisata Pengklik dan Bendungan Wijirejo yang berada di Kecamatan Prambanan, Sleman, Yogyakarta. [vin]
HUMAS DIY