Klorin digunakan dalam berbagai industri untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia, namun sekaligus juga dapat membahayakan kesehatan manusia apabila mengkontaminasi pangan.
Klorin (Cl2) merupakan salah satu unsur yang ada di bumi dan jarang dijumpai dalam bentuk bebas. Pada umumnya klorin dijumpai dalam bentuk terikat dengan unsur atau senyawa lain membentuk garam natrium klorida (NaCl) atau dalam bentuk ion klorida di air laut. Dalam kehidupan manusia, klorin memegang peranan penting yaitu banyak benda-benda yang kita gunakan sehari-hari mengandung klorin seperti peralatan rumah tangga, alat-alat kesehatan, kertas, obat dan produk farmasi, pendingin, semprotan pembersih, pelarut, dan berbagai produk lainnya.
Klorin digunakan dalam berbagai industri untuk menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia. Produk yang dihasilkan dengan menggabungkan klorin dengan hidrokarbon (produk klorinat-hidrokarbon) merupakan produk yang amat berguna. Beberapa contoh penggunaan klorin adalah sebagai berikut :
- Bidang Kesehatan
Klorin digunakan sebagai disinfektan pada pengolahan air minum. - Sebagai Pemutih
Dalam industri tekstil, pulp dan kertas, fungsi klorin pada kedua industri tersebut adalah sebagai pemutih dan penghalus. - Bidang Pertanian
Pestisida dari kelompok organoklorin merupakan pestisida yang mengandung klorin yaitu dikloro difenil trikloroetana (DDT), metokskhlor, aldrin dan dieldrin. - Industri Kimia dan Industri Lainnya
Pemakaian klorin dalam berbagai industri dapat dijumpai, misalnya pada produk yang berbahan dasar plastik, seperti poly vinyl chloride (PVC). Selain itu juga pada produk pelarut (solvent), dry cleaning, dan berbagai produk lainnya yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti lem, semen, dan pembungkus. - Bidang Pembangkit Listrik
Pada pembangkit listrik seperti Pembang-kit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan Pembang-kit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), pemakaian klorin yang digunakan pada sistem pendingin (cooling system) sebagai pengontrol biological fouling.
Klorin dalam bentuk produk kimia buatan menimbulkan dampak terhadap lingkungan, seperti penipisan lapisan ozon dan pemanasan global. Selain berdampak pada lingkungan, senyawa klorin juga menimbulkan dampak terhadap kesehatan manusia dalam pangan yang dikonsumsi, baik yang berupa produk maupun limbah yang dihasilkan.
Beras merupakan salah satu bahan makanan pokok yang mudah diolah, mudah disajikan, enak dan mengandung sumber gizi sebagai sumber energi. Beras yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah beras putih. Beras putih umumnya digunakan untuk diolah menjadi nasi dan tepung karena di dalam beras terkandung banyak sumber karbohidrat dan pati. Mengingat beras adalah bahan pangan pokok yang paling banyak dikonsumsi menjadikan permasalahan keamanan pangan.
Tingginya harga beras beberapa tahun terakhir ini juga membuat resah masyarakat, apalagi ditambah dengan beredarnya isu adanya beras berklorin. Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM membenarkan beredarnya beras yang dicampur dengan bahan pemutih pakaian atau klorin di sejumlah pasar tradisional. Zat klorin yang ada dalam beras dapat membahayakan system pernafasan dan akan menggerus usus pada lambung (korosif), akibatnya lambung akan rawan terhadap penyakit maag, dan dalam jangka panjang klorin akan menyebabkan penyakit kanker hati dan ginjal.
Penambahan klorin pada beras dimaksudkan untuk mempertahankan kualitas beras, dan agar beras berwarna putih, sehingga ini bisa menarik konsumen untuk memilihnya daripada membeli beras yang warnanya kusam (tidak menarik). Penurunan mutu beras diatasi oleh penjual menggunakan klorin dengan tujuan memperpanjang masa simpan atau memperbaiki tekstur, citarasa dan warna. Zat klorin tersebut dicampurkan pada beras yang direndam atau di semprotkan pada beras agar lebih putih dan mengkilat yang membuat harga jual lebih tinggi (Darniadi, 2010).
Penting bagi konsumen untuk mengetahui ciri-ciri beras yang mengandung klorin sebelum membeli agar dapat terhindar dari bahaya yang ditimbulkan. Ciri-ciri beras yang mengandung klorin apabila dilihat dari segi warna putih sekali, beras akan terlihat lebih mengkilap, akan sangat licin dan tercium bau kimia, jika dicuci, warna air hasil cucian beras akan terlihat bening, jika beras direndam selama 3 hari tetap bening dan tidak berbau, ketika sudah dimasak dan ditaruh di dalam penghangat nasi dalam semalam nasi sudah menimbulkan bau tidak sedap. Apabila beras dimasak dengan jumlah air yang biasa, nasi yang dihasilkan akan keras, setelah dimasak menjadi nasi apabila dibiarkan nasinya akan menjadi keras.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 033/Menkes/Per/IX/2012 tentang Bahan Tambahan Makanan, menyatakan bahwa klorin dilarang penggunaannya. Klorin tidak tercatat sebagai Bahan Tambahan Pangan (BTP) dalam kelompok pemutih dan pematang tepung (Irmayani dkk, 2013). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor722/Menkes/per/IX/1988 Food and Drug Administrastion menetapkan ambang batas klorin, yang tergambarkan oleh natrium hipoklorit atau kalsium hipoklorit, yaitu tidak boleh melebihi berturut-turut 0.0082 pounds (3.72 gram) dan 0.0036 pounds (1.633 gram) klorin per pounds makanan kering (1 pounds 453.59 gram). Dengan kata lain, dalam 100 gram makanan, kadar klorin (yang digambarkan dengan natrium hipoklorit atau kalsium hipoklorit) tidak boleh melebihi berturut-turut 0.82 gram dan 0.36 gram (Samsuar dkk, 2017).
Menurut penelitian Sitorus (2013). Klorin yang terdapat pada beras sebenarnya dapat hilang dengan pencucian yang berulang-ulang. Klorin akan larut di dalam air cucian beras. Semakin banyak pencucian yang dilakukan, maka kemungkinan akan hilangnya klorin pada beras juga semakin besar. Hilangnya klorin pada beras bergantung juga pada kandungan klorin itu sendiri.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Adelina (2013), melakukan penelitian pencucian raskin dihasilkan kandungan klorin pada beras raskin sebesar 17,70%. Sedangkan pada proses pencucian pertama pada beras raskin diperoleh kandungan klorin 14,16%. Pada proses pencucian kedua pada beras raskin diperoleh kandungan klorin 10,18%. Pada proses pencucian yang ketiga pada beras raskin diperoleh kandungan klorin 5,75%. Pada proses pencucian yang keempat pada beras raskin diperoleh kandungan klorin 3,98%. Dapat dilihat bahwa terjadi penurunan kandungan klorin pada setiap kali proses pencucian terhadap beras dan kandungan klorin terendah terdapat pada proses pencucian yang keempat.
Ditulis oleh: Agus Priambada, S.P. (Pengawas Mutu Hasil Pertanian Ahli Muda)
Sumber referensi :
1. Media Kesehatan Masyarakat (Public Health Media) Volume 02 Nomor 01 Tahun 2022
2. E-Journal Universitas Dr. Soetomo
3. E-Journal BPPT
4. Tulisan Ilmiah Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung