DPKP DIY. Kopi di kawasan lereng Merapi merupakan salah satu komoditas unggulan sektor perkebunan. Sebelum erupsi hebat pada 2010 lalu, luas kebun kopi mencapai 800 hektar, namun saat ini hanya tersisa ± 200 hektar. Kawasan lereng Merapi dengan agroklimat yang subur ditambah lapukan abu vulkanik membuat kopi Merapi memiliki ciri khas tersendiri bagi penikmat kopi.
Kopi Merapi dihasilkan dari biji kopi robusta yang pada tahun 2022 ini, Kementerian Pertanian RI melalui Direktorat Jenderal Perkebunan memberikan hibah pengembangan kawasan kopi robusta dengan luasan 50 hektar yang tersebar di wilayah Cangkringan, Pakem dan Turi Kabupaten Sleman, dimana kegiatan penanamannya dilakukan langsung oleh Bapak Gubernur DIY pada Sabtu (24/9).
Areal penanaman kopi lereng Merapi ini merupakan areal yang sebelumnya digunakan untuk aktivitas penambangan pasir Merapi. Dipilihnya lokasi penanaman ini adalah untuk memperbaiki struktur tanah yang miskin unsur hara dengan harapan secara perlahan akan memberikan kesuburan tanah dengan adanya vegetasi tanaman yang ada di sekitar bekas penambangan pasir.
Kegiatan penanaman ini dilakukan langsung oleh Gubernur DIY beserta Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian RI, Bupati Sleman, Wakil Bupati Sleman, Sekretaris Daerah DIY, Ketua Komisi B DPRD DIY, Ketua Kadin DIY, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY.
Pada kesempatan tersebut Gubernur DIY Hamengku Buwono X menyampaikan gerakan menanam kopi ini merupakan awal dari sebuah konsep besar untuk menghijaukan lereng Merapi sekaligus untuk melakukan konservasi dan revegetasi tanaman sebagai upaya memperbaiki lahan yang rusak akibat penambangan pasir.
Harapan dari penanaman kopi di lereng Merapi ini dapat menjadi penyemangat bagi para petani kopi khususnya di wilayah Kabupaten Sleman untuk terus mengembangkan tanaman kopi sebagai upaya perbaikan kondisi tanah disekitar tanah bekas galian, mendukung agribisnis kopi, serta menjadikan wilayah desa di Kapanewon Cangkringan, Pakem dan Turi sebagai sentra kopi. (Admin)