Munculnya penyakit COVID-19 yang menular saat ini menyadarkan kita tentang pentingnya membangun ketahanan pangan. Interaksi antar wilayah di tengah kemajuan teknologi komunikasi saat ini ternyata sangat mudah terganggu. Wilayah yang tengah terjangkit penyakit menular ini bisa saja diisolasi ataupun mengalami pembatasan dalam arus transportasi. Karena adanya penyakit COVID-19 ini, aneka bahan pangan terutama yang di impor secara langsung akan mengalami gangguan dalam penyediaannya. Hal ini mengingatkan kita bahwa perlu untuk membangun ketahanan pangan dimulai dari rumah tangga.
Ketahanan pangan adalah suatu keadan terpenuhi dan terjaminnya kebutuhan pangan bagi setiap anggota rumah tangga baik dari segi mutu, keamanan, pemerataan dan keterjangkauan. Ketahanan pangan mencakup ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatan pangan. Ketersediaan pangan merupakan kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan rumah tangga dalam hal jumlah. Aksesibilitas pangan merupakan kemampuan dan kemudahan rumah tangga dalam mendapatkan pangan. Sementara pemanfaatan pangan adalah cara penyajian dan konsumsi pangan oleh rumah tangga, yang dapat berupa pangan langsung konsumsi maupun pangan olahan.
Pembangunan ketahanan pangan skala rumah tangga dapat mulai dilakukan di area pekarangan milik masing-masing penduduk. Pekarangan adalah tanah maupun halaman di sekitar rumah tinggal. Pekarangan dapat menjadi sumber pangan dan gizi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan karbohidrat, protein, vitamin dan mineralnya. Masyarakat dapat mulai memanfaatkan pekarangan untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangganya dengan cara bertanam.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY sudah sering melakukan sosialisasi/kampanye tentang pemanfaatan pekarangan untuk pemenuhan pangan rumah tangga. Selama ini seringkali pemanfaatan pekarangan dikaitkan dengan nilai ekonomi, dan jarang dihubungkan dengan ganguan interaksi sosial antar wilayah seperti yang saat ini terjadi. Pemanfaatan pekarangan seringkali dilihat sebagai suatu cara untuk mengurangi pengeluaran belanja pangan harian dan menambah penghasilan rumah tangga dengan cara menjual kelebihan hasil pekarangannya. Namun disaat pandemi seperti ini, pemanfaatan pekarangan menjadi salah satu solusi jitu untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang terkendala pembatasan mobilitas. Semakin banyak penduduk yang memanfaatkan pekarangan, kerawanan pangan akan semakin berkurang dan dengan demikian pembangunan ketahanan pangan daerah dan nasional akan meningkat.
Dalam pemanfaatan pekarangan berbagai teknik penanaman digunakan sesuai anjuran dengan berbagai modifikasi menyesuaikan bentuk, ukuran, dan kondisi pekarangan yang dimiliki oleh masyarakat. Beberapa sistem penanaman yang dapat diterapkan di pekarangan adalah:
- Sistem vertikultur, yaitu cara bercocok tanam secara vertikal dengan menyusun tanaman secara bertingkat dari bawah ke atas. Sistem ini paling cocok diterapkan di pekarangan lahan sempit.
- Sistem aquaponik, adalah cara bercocok tanam yang menggabungkan akuakultur dan hidroponik dimana sistem ini mengandalkan ikan dalam menyediakan makanan organik dan nutrisi untuk membantu tanaman tumbuh. Tanaman yang sering digunakan pada sistem ini adalah sayuran.
- Sistem hidroponik, yaitu suatu metode budidaya tanaman tanpa menggunakan media tanah tetapi memanfaatkan air/larutan mineral bernutrisi yang diperlukan oleh tanaman dan bahan lainnya sebagai pengganti media tanah yang mengandung unsur hara. Terdapat beberapa jenis sistem hidroponik yang biasa dilakukan, yaitu Wick System (Sistem Bumbu), Water Culture, NFT System (Nutrient Film Technique), Drip System, dan DFT System (Deep Flow Technique). Jenis tanaman yang biasa ditanam dengan sistem ini adalah sayur, buah, tanaman hias, dan tanaman biofarmaka.
- Sistem aeroponik, merupakan cara bercocok tanam sayuran di udara tanpa penggunaan tanah, dimana nutrisi yang dilarutkan dalam air disemburkan dalam bentuk kabut pada akar tanaman yang menggantung.
- Sistem tabulampot, adalah sistem penanaman tanaman buah dalam pot. Sistem ini sangat cocok untuk budidaya buah di lahan sempit. Beberapa tanaman buah yang dapat dikembangkan dengan sistem ini yaitu jeruk, sawo, mangga, jambu air, jambu biji, belimbing, anggur, strawberry, buah tin, buah naga dan pepaya.
Penulis:
Noer Hardyasti, S.P. Pengawas Mutu Hasil Pertanian Pertama. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY
Referensi:
Kastanja, A.Y., Patty, Z., Dilago, Z. 2019. Pemanfaatan Pekarangan untuk Mendukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa Kali Upa. Jurnal Pengabdian Masyarakat: Darma Bakti Teuku Umar Vol. 1 (1): 173-181
Diwanti, D.P. 2018. Pemanfaatan Pertanian Rumah Tangga (Pekarangan Rumah) dengan Teknik Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikutur. Martabe: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 1 (3): 101-107.
Raharjo, Rasbi Musabah. 2019. Sistem Budidaya Aquaponik. http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/88138/Sistem-Budidaya-Aquaponik/. Diakses tanggal 4 Juli 2020.
Andjarwati, Leni. 2020. Berkebun dengan Sistem Tanam Hidroponik. http://cybex.pertanian.go.id/mobie/artikel/92266/Berkebun-Dengan-SistemTanam-Hidroponik/. Diakses tanggal 4 Juli 2020.
Nengsih, Surya. 2019. Menanam dengan Sistem Aeroponik. http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/76083/MENANAM_DENGAN_SISTEM_AEROPONIK/. Diakses tanggal 4 Juli 2020.
Nugraha, Nguzair. 2019. Teknik Budidaya Tabulampot (Tanaman Buah dalam Pot). http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/74818/tehnik-budidaya-tabulampot-tanamaan-buah-dalam-pot-/?query=Hidroponik%2C+aeroponik%2C+akuaponik&x=0&y=0#. Diakses tanggal 4 Juli 2020.