Pengeringan merupakan salah satu teknik tertua untuk memperpanjang masa simpan produk pangan segar asal tumbuhan. Secara umum, pengeringan adalah proses pengurangan kadar air produk pangan segar asal tumbuhan yang bertujuan memperlambat kemunculan dan pertumbuhan mikroorganisme yang tidak diharapkan.
Meskipun teknologi pertanian sudah berkembang cukup pesat saat ini, namun pada pelaksanaannya masih banyak petani yang menggunakan teknik pengeringan manual yang cenderung rentan terhadap cemaran dan penurunan jumlah hasil panen. Hal ini terbukti pada saat penulis melakukan peninjauan proses pasca panen pangan segar asal tumbuhan, banyak sekali pelaksanaan pengeringan yang masih perlu perbaikan.
Pertama, penjemuran gabah yang masih dilakukan di jalan. Cara ini menyebabkan gabah terkena cemaran dari kendaraan bermotor dan jumlah gabah kering yang hilang karena lalu lalang kendaraan juga tidak sedikit.
Kedua, menjemur gabah di kawasan yang bersinggungan langsung dengan binatang ternak. Selain cemaran bakteri dari kotoran ternak, jumlah gabah yang diperoleh akan turun karena dimakan binatang ternak.
Ketiga, pengeringan dilakukan dengan menggunakan atau memanfaatkan media dan tempat yang bukan semestinya. Contohnya mengeringkan di atas asbes yang tergeletak di tanah lapang.
Keempat, penggunaan karung bekas non pangan untuk wadah sementara gabah yang belum sempurna pengeringannya dan akan dijemur kembali di hari berikutnya.
Kelima, tempat pengeringan berdekatan dengan saluran limbah (got atau selokan).
Keenam, tempat pengeringan tidak didukung dengan tempat penyimpanan gabah kering yang baik.
Ketujuh, permukaan lantai penjemuran tidak halus.
Dari beberapa kendala yang penulis ketahui, proses pengeringan sebenarnya hanya membutuhkan sedikit upaya dan kemauan petani untuk melakukan perbaikan. Beberapa upaya ini bisa dilakukan oleh petani untuk dapat mengoptimalkan pengeringan gabah sekaligus menghindari cemaran.
Pertama, menghilangkan faktor yang menurunkan kualitas produk dan mengurangi kuantitas hasil produk pangan segar asal tumbuhan. Misalnya, tempat pengeringan bersinggungan dengan binatang ternak, maka binatang ternak tersebut dapat dikandangkan. Apabila permukaan lantai jemur tidak halus maka dapat diperhalus atau menggunakan terpal sebagai alas gabah selama dikeringkan.
Kedua, petani harus mengetahui bahaya cemaran terhadap pangan segar asal tumbuhan dan pentingnya proses pengeringan ini dalam standarisasi pangan segar asal tumbuhan, sehingga petani akan berupaya menjalankan proses tersebut sesuai standar pengeringan yang berlaku agar daya saing petani tetap ada.
Ketiga, petani dapat mulai menyediakan tempat lain yang jauh dari sumber cemaran.
Keempat, menggunakan teknik pengeringan buatan yang tidak memerlukan tempat yang terlalu luas atau membangun tempat pengeringan buatan seperti bed dryer secara komunal.
Kelima, memahami bahwa tujuan pengeringan adalah memperpanjang masa simpan pangan segar asal tumbuhan sehingga dapat dimanfaatkan untuk waktu yang lebih lama ataupun didistribusikan ke tempat yang lebih jauh.
Pengeringan merupakan bagian upaya sederhana untuk memperpanjang masa simpan produk pangan segar asal tumbuhan. Pengeringan sangat besar manfaatnya dalam menjaga keberlanjutan ketersediaan pangan di suatu wilayah. Oleh karena itu, pengeringan masih terus mendapat perhatian dari pemerintah sebagai upaya untuk menjaga keamanan dan ketahanan pangan.
Penulis: Noer Hardyasti, S.P.
Pengawas Mutu Hasil Pertanian Pertama
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY