Kelengkeng (Dimocarpus longan Lour.)merupakan salah satu komoditas buah yang populer di Indonesia. Menurut sistem klasifikasi tanaman termasuk keluarga Sapindaceae, dan termasuk satu suku (Nepheliaea) dengan tanaman lecee dan rambutan Asal mula lengkeng adalah daerah subtropik tetapi jenis tanaman ini ternyata dapat tumbuh baik di daerah panas (tropik). Salah satu daerah yang melakukan pengembangan tanaman kelengkeng yaitu di Kabupaten Bantul, di kelompok tani Subur Makmur, Sanggrahan, Murtigading, Sanden, Bantul. Harapannya dari pengembangan ini dapat menciptakan agrowisata tanaman kelengkeng. Sebagai pendukung hal tersebut, pada tahun 2020 ini KT. Subur Makmur mendapat program pendampingan dari Balai Proteksi Tanaman Pertanian Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY dalam kegiatan Penerapan PHT tanaman kelengkeng.
Pada kegiatan ini dilakukan pemasyarakatan terkait dengan pengendalian hama terpadu pada budidaya tanaman kelengkeng. Prinsip PHT diperkenalkan dalam budidaya tanaman kelengkeng, yang meliputi budidaya tanaman sehat, pengamatan rutin, pemanfaatan musuh alami dan petani sebagai ahli PHT. Untuk mendukung hal itu, dilakukan beberapa praktik, antara lain pembuatan pupuk organik dari kotoran sapi, PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobactera) yang berfungsi sebagai bioprotectant, biostimulant dan biofertilizer bagi tanaman, selain itu juga dilakukan praktik perbanyakan jamur Trichoderma sp sebagai agens pengendali hayati untuk mengatasi OPT yang berasal dari jamur didalam tanah.
PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobactera)
Bahan dalam pembuatan PGPR terdiri dari 2 komponen :
- Bibit/biang
Dapat berupa rendaman dari akar bambu yang sudah lapuk atau akar kalanjana
- Makanan
- Air matang dingin ± 18 liter
- Terasi ± 1 ons/ 1 ruas jari tangan
- Air cucian beras/leri 1 liter
- Gula pasir ± 250 gram
- Kapur sirih/injet ± 1 sendok teh
Cara pembuatan :
- Rendam akar bambu/akar kalanjana sebanyak 1 genggam dalam ± 1 liter air matang dingin ruangan, ditutup dalam panci diamkan sekitar 3 hari, lalu disaring masukkan botol bersih.
- Campurkan bahan sebagai sumber makanan antara lain, air cucian beras/leri, terasi, gula pasir dan kapur sirih/injet dalam panci lalu rebus hingga mendidih, setelah mendidih, matikan kompor lalu diamkan hingga dingin.
- Campurkan biang/bibit PGPR dalam galon yang berisi ± 18 liter air matang lalu tambahkan bahan sumber makanan yang sudah dingin.
- Rangkaikan galon dan botol dalam rangkaian fermentor sederhana, dengan aerator terhubung pada jaringan listrik.
- Setelah 10-14 hari PGPR siap diaplikasikan, dengan indikasi baunya seperti tape.
Dosis penggunaan ± 300 ml larutan PGPR dicamprkan dengan air 10 liter.
PEMBUATAN PUPUK ORGANIK PADAT (POP)
Bahan :
- Kotoran hewan ( sapi / kambing) ± 3 kuintal / 300 kg
- Kapur dolomit 15 kg
- PGPR ± 1 liter
- Tetes tebu ± 1 liter
- Bekatul/ dedak ± 10 kg
Alat :
- Terpal
- Cangkul / Sekop
Cara Pembuatan :
- Siapkan lokasi pembuatan pupuk organik pada tempat teduh/ beratap
- Susun komponen pupuk organik dengan urutan sebagai berikut : kotoran hewan – bekatul/dedak – dolomit dikocor larutan PGPR+tetes tebu – kotoran hewan - dolomit dikocor larutan PGPR+tetes tebu, dan seterusnya
- Semua bahan d aduk sampai tercampur merata, lalu campur dengan air sampai kelembaban cukup (jangan terlalu lembab)
- Tutup rapat dengan terpal selama minimal ± 1 minggu sambil dicampur merata
Pupuk organik siap diaplikasikan dengan indikasi remah, warna gelap, tidak berbau, bentuk bahan baku sudah tidak terlihat seperti aslinya.
PERBANYAKAN JAMUR Trichoderma sp
Alat yang diperlukan :
- Soblok / pengukus
- Tungku / kompor
- Enthong
- Ember
- Tambir / tampah / baki
- Plastik lembaran
- Semprotan / to dour spray
- Lidi
Bahan :
- Bibit Trichoderma sp 3 tabung reaksi
- Calon media perbanyakan (jagung giling) ± 10 kg
- Air matang
- Gula pasir ± 1 sendok makan
- Alkohol 70%
Cara Perbanyakan :
- Jagung dicuci bersih lalu tiriskan
- Sterilisasi media dengan cara mengukus media dalam soblok selama ± 60 menit (dihitung sejak air mendidih)
- Angkat jagung giling tersebut lalu tuang diatas plastik lembaran yang dibawahnya diberi anjang/rigen atau yang lain agar proses perbanyakan akan lebih bagus, usahakan penempatan berada pada tempat yang aman tidak terkena sinar matahari langsung/ angin kencang/ air hujan. Buatlah lapisan setebal ± 3 cm seperti menjemur gabah.
- Tunggu hingga jagung giling tersebut benar – benar dingin
- Siapkan starter/ bibit Trichoderma sp dari tabung reaksi dan diberi air secukupnya, keluarkan spora Trichoderma sp dengan lidi yang telah steril lalu dibuat larutan dengan menambahkan air sesuai kebutuhan,
- Tambahkan gula pasir sebanyak ± 1 sendok makan setiap bahan 10 kg sebagai cadangan makan awal Trichoderma sp. Untuk setiap 10 kg bahan/media dapat diberikan starter Trichoderma sp sebanyak 2-3 tabung reaksi.
- Media diberi bibit Trichoderma sp dengan cara disemprotkan dengan to dour spray/ dipercikkan dengan tangan (tangan sudah disteril dengna alkohol) hingga rata lalu media diaduk supaya campuran tersebut benar-benar rata.
- Media jagung dikemas dalam plastik ketebalan ± 0,5 sebanyak 100 gram.
- Media jagung yang dikemas dalam kantong plastik tetap dibiarkan terbuka mulut kantongnya sampai proses selesai.
- Setelah ± 7 hari media sudah terlihat kehijauan/ hijau, maka proses perbanyakan jamur Trichoderma sp sudah selesai dan sudah dapat dipergunakan.
Dosis dan cara aplikasi :
- Menaburkan pada bedengan ukuran 1 x 5 m sebanyak 200 gram.
- Menaburkan pada lubang tanam atau polybag sebanyak ± 1 sdm (10gram).
- Penyemprotan dengan dosis ± 200-300 gram per tangki semprot volume 10 – 14 L.
- Sebagai starter pembuatan pupuk organik, 1 kg Trichoderma sp untuk 1 ton bahan organik.
Pembuatan Metabolit sekunder Trichoderma sp : ± 25 – 50 gram setiap liter media cair.
Pustaka :
Soenandar. M.,dkk. 2013. Membuat Pestisida Organik. Jakarta : Agromedia Pustaka
Penulis: Fitha Septi Haryati, SP (POPT Pertama UPTD BPTP DPKP DIY)