Jagung merupakan bahan pangan alternatif, bahan baku pakan ternak dan sumber alternatif penghasil minyak. Di Indonesia tanaman jagung termasuk dalam salah satu komoditas utama program pengembangan pertanian. Dalam budidaya pertanian sering tidak luput dari serangan hama. Diantaranya yang sering menyerang tanaman jagung adalah ulat grayak.
Fall Armyworm (FAW) atau Spodoptera frugiperda dan oleh petani sering dikenal sebagai ulat grayak coklat merupakan hama pada tanaman jagung. Ulat grayak termasuk dalam kategori hama yang paling susah dikendalikan karena imago cepat menyebar dan mampu terbang jarak jauh dalam waktu cepat.
Ciri-ciri Frugiperda :
- Kepala terdapat garis menyerupai huruf Y terbalik
- Abdomen segmen 8 terdapat empat bintik besar
- Terdapat 3 garis pada bagian atas tubuh (dorsal dan sub dorsal)
- Garis tebal seperti pita pada lateral tubuh
(Nadrawati dkk, 2019)
Frugiperda menyerang tanaman jagung pada stadia vegetatif sehingga pertumbuhan tanaman jagung terganggu. Larva memakan daun secara acak, masuk dalam gulungan daun muda, daun menjadi kering dan berlubang-lubang/sobek, terdapat serpihan daun menyerupai serbuk gergaji hasil larva menggerek daun dan terdapat kotoran larva. Apabila menyerang pada titik tumbuh tanaman maka dapat menyebabkan kematian tanaman. Larva juga memakan kernel jagung pada masa generatif. Pengendalian dini dan secara efektif sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya gagal panen. Menurut Nonci dkk (2019), Serangan ulat grayak pada populasi tanaman jagung terserang 55-100% saat daun muda masih menggulung menyebabkan kehilangan hasil sebesar 15-73%.
Upaya yang dapat dilakukan petani untuk mencegah dan mengendalikan serangan Frugiperda antara lain :
- Penggunaan benih unggul dan varietas tahan hama
- Tanam tepat waktu dan serentak/seragam pada satu lahan untuk mencegah terus tersedianya inang dan makanan yang disukai larva Frugiperda (tanaman jagung muda)
- Pengamatan kondisi pertanaman periodik secara intensif dilapangan minimal 1x seminggu dengan prinsip 6 tepat (Tepat sasaran, jenis, dosis, cara, waktu dan mutu). Pengamatan dilakukan antara lain terhadap kesehatan tanaman, ada/tidaknya tanda serangan Frugiperda,
- Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan dengan menjaga sanitasi kebun, penyiangan
- Penggunaan pupuk berimbang. Hindari penggunaan pupuk N berlebih.
- Penanaman tanaman jagung secara tumpangsari efektif mengendalikan serangan seperti tanaman ubi kayu dan Desmodium yang bersifat repellant dan rumput gajah yang bersifat menarik ngengat betina sehingga larva tidak tumbuh dengan baik karena kurang nutrisi. Tumpangsari akan memberikan tingkat keanekaragaman tanaman yang tinggi sehingga potensial bagi tumbuh dan berkembangbiaknya musuh alami. Musuh alami dari Frugiperda antara lain : Nucleopolyhedrovirus (NPV), Nomuraea sp (cendawan), predator Coleomegilla maculata (De Geer) (Coleoptera: Coccinellidae), dan parasitoid (Diptera: Tachinidae, Telenomus). Tumpangsari dengan kacang-kacangan akan meningkatkan kesuburan tanah sehingga dapat meningkatkan ketahanan tanaman jagung terhadap OPT.
- Pengendalian secara mekanis dengan cara mencari dan membunuh larva dan telur dengan tangan. Alternatif lain dapat dilakukan penaburan serbuk gergaji, abu, dan pasir pada bagian daun muda yang masih menggulung untuk mengeringkan larva. Apabila terdapat larva yang mati karena patogen (bakteri, virus, cendawan) maka dapat digunakan untuk penyemprotan tanaman dengan cara diblender/dihancurkan, dilarutkan dengan air dan disaring. Penyemprotan dengan gula/minyak untuk menarik semut dan lebah sebagai predator larva.
- Penggunaan biopestisida seperti Beauveria bassiana strain R444, Bacillus thuringiensis subspesies kurstaki strain SA-11, Baculovirus dan SFMNPV-Baculovírus Spodoptera frugiperda
- Penggunaan pestisida alami seperti ekstrak dari tumbuhan mimba, acasia, marigold, bunga saliara/tembelekan, jarak pagar, cabai, bawang, tembakau, bunga matahari, krisan, sereh (Ogendo et al., 2013; Mugisha-Kamatenesi et al., 2008; Stevenson et al. 2017)
Referensi
M.P. Nadrawati, S. Ginting dan A. Zarkani. 2019. Identifikasi Hama Baru Dan Musuh Alaminya Pada Tanaman Jagung, Di Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Seluma, Bengkulu. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Mugisha-Kamatenesi, M., Deng, A.L., Ogendo, J.O., Omolo, E.O., Mihale, M.J., Otim, M., Buyungo, J.P., Bett, P.K. 2008. Indigenous knowledge of feld insect pests and their management around Lake Victoria basin in Uganda. African Journal of Environmental Science and Technology 2: 342-348.
Nonci, N., S.H. Kalqutny, H. Mirsam, A. Mursim, M. Azrai, M. Aqil. 2019. Pengenalan fall armyworm (Spodoptera frugiperda J.E.Smith) Hama Baru Pada Tanaman Jagung di Indonesia. Kementerian Republik Indonesia, Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Ogendo, J.O., Deng, A.L., Omollo, E.O., Matasyoh, J.C., Tuey, R.K., Khan, Z.R. 2013. Management of stem borers using selected botanical pesticides in a maize-bean cropping system. Egerton Journal of Science & Technology 13: 21-38.
Stevenson, P.C., Isman, M.B., Belmain, S.R. 2017. Pesticidal plants in Africa: a global vision of new biological control products from local uses. Industrial Crops and Products. Published Online: doi.org/10.1016/j. indcrop.2017.08.034.
Ditulis oleh : Prahesti Elizani, STP (Penyuluh Pertanian Ahli Pertama, UPTD BPSDMP DIY, DPKP DIY)