Dalam rangka mewujudkan pertanian yang maju, mandiri dan modern sesuai semboyan Menteri Pertanian, pemerintah mendukung penerapan hasil-hasil inovasi sederhana terutama yang dikembangkan oleh petani, salah satunya adalah Biosaka. Biosaka merupakan larutan ekstrak tumbuhan yang berperan sebagai elisitor yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Penggunaan Biosaka dalam usahatani adalah sebagai salah satu upaya perlindungan tanaman berbasis ekologi untuk menjaga kelestarian lingkungan. Penggagas Biosaka, Muhammad Ansar menyebutkan, bahwa keberhasilan petani di Blitar dalam peningkatan hasil dan kualitas hasil produksi padinya menggunakan bahan alami Biosaka yang terdapat di sekitar areal pertanaman. Menggaris-bawahi penggagas Biosaka, Prof Dr. Robert Manurung Dosen dan Guru Besar ITB menyatakan bahwa biosaka sebagai elicitor yang dapat merangsang sel-sel pada tanaman sehingga dapat tumbuh dengan baik.
Diberbagai kesempatan, Suwandi Direktur Jenderal Tanaman Pangan mendorong petani untuk terus berinovasi dengan terobosan-terobosan baru yang dapat meningkatkan produksi pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional. Dalam rangka mendukung penerapan inovasi tersebut, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Balai Proteksi Tanaman Pertanian melaksanakan Bimtek Pembuatan Biosaka di tingkat petani, yang diawali di empat kecamatan yaitu kecamatan Karangmojo, Sentolo, Pundong dan Minggir. Pembuatan Biosaka di kelompok tani Mulyo Karangnongko Karangmojo Gunung Kidul, meskipun baru pertama kali dikenalkan pada petani, sudah menimbulkan ketertarikan dan rasa penasaran yang tinggi bagi peserta bimtek. Peserta sangat antusias dalam mengikuti praktek pembuatannya dan sangat tertarik untuk mencoba teknologi mudah dan murah ini, dimana dapat dibuat sendiri oleh petani. Hasil dari bimtek berupa larutan ekstrak tumbuhan yang kemudian dibagi ke seluruh peserta untuk diujicobakan di lahannya masing-masing.
Lebih lanjut disampaikan bahwa terdapat tiga tahapan penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan bahan alami Biosaka. Pertama, pemilihan bahan yang tepat yaitu memanfaatkan berbagai macam dedaunan atau rerumputan di sekitar areal pertanaman yang kondisinya sehat, artinya tidak terlihat adanya lubang-lubang atau bercak-bercak yang menunjukkan gejala serangan OPT. Kedua, proses pembuatannya dengan meremas (tidak menghancurkan) dedaunan atau rerumputan di dalam air sampai tercampur secara homogen (tidak mengendap, tidak berubah warna menjadi bening dan tidak mengeluarkan gas meskipun disimpan dalam waktu yang lama). Ketiga, aplikasi di lapangan dengan cara penyemprotan dengan pengabutan pada waktu, cara dan dosis yang tepat.
Biosaka bukan merupakan pupuk dan bukan pula sebagai pestisida, tetapi berperan sebagai elisitor bagi tanaman untuk tumbuh dan berproduksi lebih bagus karena mengandung hormon, spora dan bakteri yang tinggi. Biosaka dibuat dari segenggam bahan minimal 5 jenis rumput/daun yang sehat sempurna dicampur dengan 5 lt air dalam wadah, diremas dengan tangan kurang lebih 30 menit tanpa berhenti dan tidak boleh berganti orang hingga ramuan homogen. Penyemprotan dengan cara pengabutan minimal 1 meter diatas tanaman dengan nozzle menghadap keatas dan dosis larutan sebesar 40 ml Biosaka/15 lt air, sisanya disimpan untuk aplikasi berikutnya. Waktu penyemprotan bisa pagi atau sore hari, namun sebaiknya pada sore hari dengan memperhatikan cuaca dan arah angin. Untuk tanaman padi dan jagung, aplikasi dilakukan pada umur tanaman 7-10 HST dan dilanjutkan 7 kali dalam satu musim tanam dengan interval 10-14 hari. Manfaat penggunaan Biosaka ini adalah ramah terhadap lingkungan, hemat biaya, hemat pupuk hingga 50%, menurunkan penggunaan pestisida kimia, mengurangi serangan hama dan penyakit, lahan menjadi lebih subur dan produksi lebih bagus.
Sebagai salah satu metode pertanian ramah lingkungan, pemanfaatan Biosaka merupakan tehnologi mudah dan murah yang dapat diterapkan oleh petani dalam upaya menekan biaya produksi dan meningkatkan produktivitas usahataninya. Perlunya kajian lebih mendalam lagi di beberapa lokasi untuk mengeksplorasi jenis tumbuhan yang bermanfaat lainnya disekitar areal pertanaman serta pengaruh lokal spesifik kondisi tanah di lokasi in situ.
Penyusun: DAA. Pertiwi (POPT Ahli Madya UPTD BPTP)