Tanaman padi merupakan komoditas tanaman pangan utama di Indonesia yang banyak dibudidayakan karena mudah diusahakan dan daya terima masyarakat yang tinggi terhadap beras. Dalam budidaya tanaman padi, tidak akan terlepas dari ancaman hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman tersebut. Upaya peningkatan produktivitas padi pun banyak mengalami kendala, diantaranya adalah adanya serangan hama dan penyakit.
Berdasarkan Seminar Hasil Pemantauan Daerah Sebar OPT Karantina yang dilaksanakan oleh Balai Karantina Kelas II Yogyakarta pada bulan November lalu, diketemukan Nematoda puru akar (NPA) Meloidogyne graminicola di beberapa tempat di DIY sebagai OPT Karantina (OPTK) dengan katagori A2. OPTK Kategori A2 adalah Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina yang sudah ada di wilayah Negara Republik Indonesia namun masih terbatas di wilayah wilayah tertentu. Adapun daftar OPTK yang ditetapkan di Negara Indonesia tercantum dalam Permentan No. 25 Tahun 2020, Tentang Jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina. Dan ini menjadikan kewaspadaan bagi kita semua akan potensi penyebarannya di wilayah sekitarnya.
Nematoda puru akar (NPA) Meloidogyne graminicola digolongkan sebagai salah satu nematoda parasit bersifat kosmopolit (memiliki tanaman inang yang luas) yang merugikan tanaman padi. Serangan nematoda puru akar (NPA) pada tanaman padi dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang bervariasi bergantung pada tingkat kepadatan populasi nematoda. Gejala umum tanaman padi yang terinfeksi NPA di antaranya ialah daun menguning, pertumbuhan tanaman terhambat/tidak merata, tanaman kerdil, mudah tercabut dan menjadi layu serta puru terbentuk pada akar. Laporan pertama adanya infeksi nematoda puru akar pada tanaman padi terjadi pada tahun 1993 di Yogyakarta yang disebabkan oleh M. graminicola dengan persentase infeksi cukup tinggi.
Pada umumnya M. graminicola tetap mampu menginfeksi akar tanaman padi di dalam tanah berlempung ketika kondisi sawah tidak tergenang air atau macak-macak, namun persebaran patogen ini tidak meluas dengan cepat terhadap lahan lainnya. Larva instar ke-2 nematoda ini lebih mudah bergerak dan menginfeksi akar di dalam tanah berpasir yang tidak tergenangi air. Kondisi tanah berpasir memungkinkannya cepat menyebar pada tanaman lainnya. Selain faktor jenis tanah dan teknik penggenangan, kondisi musim kemarau mampu meningkatkan populasi M. graminicola di dalam jaringan akar dibandingkan dengan musim hujan.
Berdasarkan hasil pemantauan, serangan M. graminicola ditemukan di desa Ngawis kecamatan Karangmojo Gunung Kidul, desa Bejiharjo kecamatan Karangmojo Gunung Kidul, desa Timbulharjo kecamatan Sewon Bantul, desa Sentolo kecamatan Sentolo Kulon Progo, dan desa Bokoharjo kecamatan Prambanan Sleman. Nematoda tersebut ditemukan pada akar tanaman padi, berbentuk puru dengan ujung akar membengkok, dan sebagian besar ditemukan di lokasi yang berada di dekat aliran air irigasi, tanah berpasir, tanah tidak tergenang/macak-macak, serta spot-spot serangannya.
Informasi ditemukannya M. graminicola pada pertanaman padi di wilayah ini sangat penting diketahui agar selanjutnya dapat dilakukan pencegahan sehingga patogen ini tidak menyebar lebih luas di wilayah lainnya. Daerah yang telah terinfeksi dan perlu diwaspadai penyebarannya dapat melakukan upaya pengendalian yang efektif, diantaranya dengan melakukan penggenangan terhadap tanaman padi sampai panen, pemberian bahan organik (kompos) yang cukup, rotasi tanaman, penggunaan kapur pertanian saat pengolahan lahan serta pemanfaataan agen antagonis untuk menghambat perkembangnnya.
Penyusun : DAA. Pertiwi (POPT Ahli Madya UPTD BPTP)
Sumber : Seminar Hasil Pemantauan Daerah Sebar OPT Karantina
Oleh Balai Karantina Kelas II Yogyakarta, November 2022