Salak pondoh merupakan salah satu komoditas buah-buahan unggulan dari Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Rasanya yang khas membuat buah salak banyak disukai masyarakat baik dalam maupun luar negeri, sehingga berpotensi menjadi primadona komoditas ekspor asal Indonesia. Saat ini telah menembus pasar Internasional ke beberapa negara antara lain China, Kamboja, Vietnam, Arab Saudi. Selanjutnya Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta berupaya meningkatkan ekspor dengan mencari peluang pasar baru ke beberapa Negara.
Sentra pertanaman salak di kabupaten Sleman berada di tiga kecamatan lereng selatan gunung merapi meliputi Kecamatan Turi, Tempel dan Pakem. Jumlah pertanaman tercatat sekitar 5,8 juta rumpun atau sekitar 2.300 ha, dengan produksi rata-rata per tahun 40.000 ton. Akhir-akhir ini produksi dan ekspor salak menghadapi kendala yaitu dengan adanya serangan lalat buah pada salak. Selama ini pada buah salak belum pernah ditemukan adanya serangan lalat buah. Namun pada akhir bulan September 2017 terpantau kejadian serangan lalat buah pada salak. Serangan sampai saat ini masih berlanjut dikawatirkan akan menurunkan kuantitas dan kualitas produksi serta mengancam keberlanjutan ekspor ke beberapa negara yang saat ini sudah berjalan. Dalam dunia perdagangan Internasional, lalat buah tidak hanya menjdi penghalang produksi, tetapi juga menjadi penghalang ekspor yang sangat tangguh membatasi perdagangan di seluruh dunia. Salah satu cara untuk mengendalikan lalat buah adalah dengan membuat perangkap. Perangkap bisa dibuat dengan botol bekas air mineral dan senyawa pemikat (sex pheromone) yaitu metil eugenolMerk dagang metil eugenol di pasar antara lain petrogenol, ocimol, melanol dan lain sebagainya.
Lalat Buah (Bactrocera spp)
Hampir semua petani Indonesia mengenal yang namanya hama lalat buah, serangga memang sudah sangat dikenal sebagai perusak buah. Jenis lalat buah yang menyerang bagian buah adalah lalat buah betina yaitu dengan jalan menyengat buah dan meninggalkan telurnya didalam buah. Telur tadi akan menetas menjadi larva (belatung) yang akan memakan buah dari dalam sehingga buah menjadi busuk. Hal inilah yang menyebabkan petani mengalami kerugian karena buah yang sudah terserang lalat buah tentu tidak laku dijual.
Berbagai metode mulai dikembangkan untuk mengatasi serangan lalat buah. Dahulu manusia menggunakan pestisida yang berbau menyengat agar lalat buah tidak mendekat. Meski efektif namun kualitas buah menjadi turun karena adanya banyak residu kimia. Selanjutnya manusia mengerti bahwa ternyata lalat betina hanya bertelur apa bila dikawini oleh lalat jantan. Maka dari itu dicarilah cara untuk menangkapi lalat buah jantan agar tidak sempat mengawini betinanya. Lalat buah jantan ternyata sangat tertarik dengan aroma buah tertentu yang memiliki kandungan senyawa kimia tertentu. Zat ini akhirnya diproduksi secara sintesis yaitu metil eugenol yang juga memikat lalat jantan. Setela itu mulailah dibuat perangkap lalat buah dan ternyata memang terbukti efektif menekan serangan lalat buah antara 35-70%.
Secara taksonomi Bactrocera spp dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phillum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Diptera
Famili : Tephritidae
Genus : Bactrocera
Spesies : Bactrocera spp.
Siklus hidup lalat buah mempunyai 4 fase metamorphosis dan termasuk ke perkembangan sempurna atau dikenal dengan holometabola. Fase tersebut terdiri dari telur, larva, pupa dan imago. Telur Bactrocera berukuran panjang sekitar 2 mm dan berbentuk elips hampir datar di bagian ujung ventral, cekung di bagian dorsal. Telur berwarna putih berbentuk panjang dan runcing bagian ujungnya. Telur diletakkan secara berkoloni di dalam buah. Telur akan menetas menjadi larva dua hari setelah diletakkan di dalam buah
Larva ini berbentuk bulat panjang dengan salah satu unjungnya runcing. Larva instar III berukuran sedang dengan panjang 7–9 mm. Larva Bactrocera berwarna putih keruh atau putih kekuningan dengan dua bintik hitam yang jelas, dua bintik hitam ini merupakan alat kait mulut.
Pupa awalnya dari berwarna putih, kemudian mengalami perubahan warna menjadi kekuningan dan coklat kemerahan. Perkembangan pupa tergantung dengan kelembapan tanah. Faktor iklim dan kelembapan sangat berpengaruh terhadap sebaran dan perkembangan lalat buah
Perangkap Lalat Buah
Alat dan Bahan
- Botol bekas air mineral (sebaiknya pilih ukuran 600 ml atau lebih)
- Kapas
- Kawat kecil
- Cutter/gunting
- Spet/suntikan
- Metil eugenol merk Petrogenol
Cara Pembuatan
- Botol air mineral yang sudah di persiapkan di lubangi dibagian tengah botol sebanyak 4 lubang dengan diameter ± 1 cm, diharapkan lubang ini tempat masuknya lalat buah.
- Selanjutnya ambil kapas kemudian ikat dengan kawat lalu dibasahi kapas dengan metil eugenol kira kira 1-2 cc dengan spet / suntikan.
- Kemudian buat satu lubang kecil pada tutup botol untuk jalan keluar kawat. Setelah kawat dilewatkan dari lubang pada tutup botol lalu tarik hingga kapas menggantung pada tengah botol hampir sejajar dengan empat lubang kecil yang dibuat tadi, selanjutnya tutup botol air mineral dan perangkap siap di pasang.
Sumber :
Direktorat Perlindungan Hortikultura. 2020. Petunjuk Teknis Kegiatan Gerakan Pengendalian OPT 2020.
Penulis : Ika Aprilita Sari, SP (POPT Pertama UPTD BPTP DPKP DIY)