Di Indonesia penyumbang penumpukan sampah terbesar adalah limbah rumah tangga (62%) dimana komposisi utama penyusun limbah rumah tangga tersebut adalah sampah sisa makanan/limbah pengolahan pangan atau biasa disebut sebagai sampah organik (44%) (anonim, 2020). Bahan-bahan organik dari sampah organik tersebut selama ini belum dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat. Padahal bahan-bahan organik dari sampah organik ini mempunyai potensi yang besar untuk dimanfaatkan kembali menjadi barang yang berguna dan bisa mempunyai nilai ekonomi yang cukup besar. Sebenarnya di Pedesaan, sampah organik banyak dimanfaatkan oleh penduduk. Biasanya mereka membuang sampah organik di lahan perkebunan atau pertanian untuk dijadikan pupuk alami. Namun umumnya mereka belum mengolah sampah organik tersebut secara efektif dan kontinyu. Jika sampah organik hanya disebarkan saja di lahan pertanian tanpa ada pengolahan terlebih dahulu, maka unsur-unsur hara yang ada dalam sampah tersebut tidak bisa terserap secara optimal oleh tanaman. Oleh karena itu perlu adanya upaya pengelolaan yang tepat agar sampah organik bisa menjadi sesuatu yang menghasilkan, berguna dan mempunyai nilai ekonomis. Sampah organik diantaranya dapat diolah menjadi pupuk organik, biogas, arang briket, pakan ikan / hewan ternak, kerajinan tangan, dan eco enzyme. Eco enzyme merupakan salah satu alternatif pemanfaatan limbah organik menjadi suatu produk dengan nilai ekonomi dan nilai manfaat yang tinggi.
Manfaat Eco Enzyme
Eco enzyme sering disebut sebagai cairan multiguna karena dapat digunakan baik dibidang rumah tangga, pertanian, peternakan maupun dibidang industri. Contoh penggunaan tersebut diantaranya untuk bahan kosmetik alami, bahan obat-obatan alami, bahan pembersih lantai/desinfektan, insektisida dan pupuk cair yang dapat merangsang hormon tanaman untuk meningkatkan kualitas buah dan sayuran serta meningkatkan hasil panen. Penggunaan sebagai pupuk cair dengan cara mengencerkan setiap 30 ml larutan eco enzyme ke dalam 2 L air kemudian disemprotkan pada tanaman. Aplikasi untuk pengendalian hama tanaman dan hewan pengganggu seperti kecoa, semut, lalat, nyamuk dan serangga lain dengan cara mengencerkan 15 ml larutan eco enzyme ke dalam 500 mL air kemudian disemprotkan di area target. Sisa ampas hasil penyaringan dapat dimanfaatkan untuk starter/mempercepat proses pembuatan eco enzyme selanjutnya, membantu proses penguraian septitank dengan cara dihancurkan dan dimasukkan dalam saluran toilet, serta sebagai kompos.
Cara Pembuatan Eco Enzyme
1. Bahan-bahan yang diperlukan :
- Limbah kulit buah/ampas buah/sayuran
- Gula (Gula merah/gula coklat/gula tebu)
- Air
2. Alat-alat yang diperlukan :
- Ember
- Tong/drum/ember plastik plus tutup atau bisa dengan botol plastik plus tutup
3. Langkah kerja pembuatan :
- Pertama disiapkan bahan berupa sampah organik (kulit buah dan sayur) sebanyak 3 bagian, gula (gula coklat/gula merah/gula tebu) sebanyak 1 bagian dan air sebanyak 10 bagian. Misal 900 g sampah organik : 300 g gula : 3000 g (ml) air atau 300 g sampah organik : 100 g gula : 1 L air.
- Bahan-bahan tersebut kemudian dimasukkan didalam wadah, diaduk dan ditutup rapat. Kemudian didiamkan selama 3 bulan agar terjadi fermentasi. Selama berlangsungnya proses fermentasi akan dihasilkan alkohol pada bulan pertama, cuka/asam asetat pada bulan kedua dan enzim pada bulan ketiga.
- Pada 2 minggu pertama proses fermentasi gas yang terbentuk cukup banyak, sehingga diupayakan agar dapat membuka penutup wadah untuk menghilangkan gas kemudian ditutup kembali. Apabila pembentukan gas sudah berkurang, wadah cukup dibuka-tutup seminggu sekali.
- Apabila selama berlangsungnya proses fermentasi muncul cacing/jamur berwarna putih atau larutan berwarna hitam maka ditambahkan gula segenggam atau sebanyak takaran semula dan aduk rata kemudian ditutup kembali. Namun apabila muncul jamur berwarna hitam berarti proses fermentasi gagal.
- Panen dilakukan setelah 3 bulan didiamkan ditandai dengan larutan menjadi coklat keruh dan beraroma asam manis yang kuat. Panen dilakukan dengan cara disaring dengan kain kemudian dimasukkan ke dalam wadah/botol plastik dan ditutup rapat. Penyimpanan dapat dilakukan di suhu ruangan dan diletakkan ditempat teduh/tidak terkena sinar matahari langsung.
Dalam pembuatan eco enzyme wadah tertutup yang digunakan jangan menggunakan bahan kaca dikarenakan rawan pecah akibat aktivitas mikroba fermentasi. Penggunaan bahan yang berasal dari hewani dan berminyak tidak disarankan karena proses pembusukan dari daging yang tidak terkontrol dapat memunculkan pathogen. Untuk membuat eco enzyme berbau segar dapat ditambahkan kulit jeruk/lemon atau daun pandan. Eco enzyme dapat disimpan dalam waktu lama. Pengelolaan sampah organik dapat berkontribusi terhadap pengurangan penumpukan sampah secara umum dan juga dapat mengurangi terbuangnya bahan organik yang mempunyai potensi besar.
Referensi :
Anonim. Sampah Terbesar Di Indonesia Adalah Sisa Makanan Dari Rumah Tangga. Diakses dari https://tekno.tempo.co/read/1316095/ pada tanggal 4 Oktober 2021
Anonim. Eco Enzim. Diakses dari https://dlh.cimahikota.go.id/article/detail?id=21 pada tanggal 4 Oktober 2021.
Anonim. Eco-enzyme. Diakses dari https://zerowaste.id. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2021.
Ditulis Oleh: Prahesti Elizani, STP, MSc., Penyuluh Pertanian Ahli Muda, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY