Kelengkeng merupakan tanaman tahunan yang saat ini banyak dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi buah dalam kehidupan sehari-hari, Tanaman kelengkeng adalah tanaman hortikultura yang mempunyai nilai komersial yang tinggi diantara tanaman buah lainnya. Secara teknis syarat tumbuh tanaman kelengkeng yaitu menghendaki tanah yang gembur, lapisan tanah yang tebal dan dapat mengikt air dengan baik, pH tanah sekitar 5,5-6,5, curah hujan yang dikehendaki 2.500 – 3.000 mm per tahun dengan penyebaran merata sepanjang tahun, tanaman ini juga membutuhkan sinar matahari yang penuh, suhu udara berkisar antara 20-33⁰ C, kelembaban udara relatif 69-90%. Umumnya kelengkeng ditanam menjelang musim hujan, dengan lubang tanam ukuran 60x60x60 cm atau 100x100x60 cm tergantung besar kecilnya bibit yang akan ditanam, jarak tanam 6x6 m.
Kelompok Tani Unggul Subur, Mendiro, Gulurejo, Lendah Kabupaten Kulon Progo merupakan kelompok tani yang memiliki wilayah dengan ketinggian tempat berkisar 250 mdpl, memiliki lahan yang sangat luas namun merupakan lahan marjinal, wilayahnya sebagian besar adalah bukit tanah berbatu. Lahan pertanaman kelompok tani ini merupakan salah satu lokasi kampung hortikultura untuk pengembangan kawasan hortikultura di Kabupaten Kulon Progo.
Pada tahun 2021 ini Kelompok Tani Unggul Subur, membudidayakan tanaman kelengkeng dibawah bimbingan UPTD BPTP DPKP DIY dalam kegiatan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu. Kelompok Tani yang beranggotakan 46 orang dengan beragam usia ini sangat antusias terhadap kegiatan-kegiatan dalam proses bimbingan teknis dan cara penerapannya. Hal ini merupakan dukungan yang besar bagi petani agar mampu mandiri, karena terbuka dengan teknologi dan mau melakukan perubahan yang lebih baik dalam metode budidaya tanamannya. Suatu tantangan bagi kelompok tani ini yaitu dengan kondisi tanah dan air yang terbatas, mereka tetap bersemangat untuk membudidayakan tanaman kelengkengnya agar dapat tumbuh sehat, bagus, produksi tinggi, aman konsumsi dan dapat menjadi wisata agro kelengkeng di Kapanewon Lendah Kabupaten Kulon Progo.
Penerapan PHT (PPHT) di Kelompok Tani Unggul Subur ini bertujuan menjadikan petani ahli PHT sehingga petani dapat mengambil keputusan yang tepat dalam mengendalikan OPT di lahan usahataninya. Petani sebagai ujung tombak perlindungan tanaman diberikan pemahaman secara intensif tentang konsep PHT. Dimana Konsep PHT ini mengedepankan pengelolaan agroekosistem dan teknologi pengendalian OPT yang berbasis sumberdaya alam yang ramah lingkungan, diantaranya penggunaan agens pengendali hayati, pestisida nabati, dan teknologi pengendalian spesifik lokasi.
Pertemuan rutin dilakukan sebanyak 10 kali, dimulai dari pertemuan persiapan, pertemuan pelaksanaan hingga rencana tindak lanjut dan field day. Adapun materi disetiap pertemuan berupa pengamatan agroekosistem, analisis agroekosistem, diskusi dan pengambilan keputusan penerapan PHT, topik khusus disesuaikan kebutuhan pada setiap pertemuan, dinamika kelompok serta praktek budidaya hortikultura yang baik dan penerapan PHT. Materi topik khusus yang diberikan dalam setiap pertemuan berupa pengenalan OPT dan Musuh Alami, pembuatan kompos, pembuatan PGPR, MOL, Trichoderma sp, teknik aplikasi APH, metode sampling pengamatan OPT, pengendalian OPT dengan cara PHT, serta cara aplikasi pemupukan dan perbandingan dosis pupuk kandang dengan pupuk kimia.
Kelompok Tani Unggul Subur ini, cukup bersemangat dalam menerima dan menerapkan cara-cara budidaya yang baik dan benar serta pengendalian OPT yang berbasis ramah lingkungan. Mereka terus mencoba mengembangkan beberapa agens pengendali hayati dan pembuatan pupuk kandang. Pemahaman pengelolaan agroekosistem semakin meningkat, waktu penyiraman, pemupukan dan pemangkasan, peremajaan dan pemeliharaan juga dipahami dengan baik.
Keberhasilan kelompok tani dalam pengelolaan agroekosistem ini tampak dari terpeliharanya lingkungan kebun, rendahnya OPT yang ada dan rendahnya intensitas serangannya. OPT yang ditemukan dilahan yaitu ulat pemakan daun dengan intensitas serangan ringan dan metode pengendalian yang dilakukannya secara mekanis. Tidak diketemukan serangan penyakit pada tanaman kelengkeng. Ditemukan beberapa tanaman yang kekuningan pucat karena fisiologis akibat akar terendam air penyiraman (gangguan saluran drainase di sekitar tanaman). Untuk perbaikan sauran drainase ini, petani membuat saluran kecil ditiap lubang tanam hanya pada lokasi berbatu, bagi lokasi yang lain tidak, hal ini dimaksudkan agar air penyiraman tidak merendam akar tanaman yang bisa mengakibatkan akar busuk.
Dengan penggunaan pupuk organik dan pengolahan tanah sempurna, penggunaan pupuk kimia dengan dosis rendah, perbaikan drainase di tiap lubang tanam, tanaman kelengkeng kelompok tani Unggul Subur dapat tumbuh dengan baik dan sehat meskipun belum berbuah karena masih berumur sangat muda.
Besar harapan dari petani kelengkeng di wilayah tersebut, bahwa bimbingan teknis untuk peningkatan kualitas pengelolaan tanaman kelengkeng dapat berlangsung secara terus menerus dan berkelanjutan. Diharapkan juga mampu memotivasi masyarakat tani di sekitarnya agar tergerak untuk mengikuti metode-metode yang dilakukan oleh kelompok tani Unggul Subur dalam membudidayakan tanaman kelengkengnya sehingga dapat tumbuh dengan baik, produksi tinggi, aman konsumsi dan dapat menjaga lingkungan pertanamannya lestari jauh dari cemaran kimia sintetik.
Penyusun : DAA. Pertiwi, POPT Ahli Madya BPTP DIY