Tanaman kakao berasal dari Amerika Selatan dengan nama latin Theobroma cacao. Komoditas kakao merupakan salah satu komoditas unggulan perkebunan Indonesia yang memegang peranan cukup penting dalam perekonomian Indonesia yakni sebagai penghasil devisa negara, sumber pendapatan petani, penciptaan lapangan kerja, mendorong agribisnis dan agroindustri serta pengembangan wilayah.
Komoditas kakao juga merupakan komoditas sosial, dalam arti usaha perkebunan kakao tersebut hampir 97% diusahakan oleh perkebunan rakyat yang melibatkan sekitar 1,7 juta kepala keluarga. Disisi lain komoditas kakao memberikan sumbangan dalam perolehan devisa sebesar US$ 1,24 milyar dan merupakan penghasil devisa terbesar ketiga sub sektor perkebunan setelah kelapa sawit dan karet.
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor penting yang menghambat pencapaian sasaran produksi dan mutu hasil. Diperkirakan kira-kira 30% pengurangan hasil disebabkan serangan OPT, bahkan ada penyakit penting yang menyebabkan kematian apabila tidak dikendalikan secara tepat. Selama ini hama penting pada kakao yang umum dikenal adalah Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella) dan Kepik penghisap buah dan pucuk (Helopeltis sp). Salah satu Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang akhir-akhir ini mulai mengganggu produktivitas kakao adalah penggerek kulit buah kakao Conogethes punctiferalis.
Conogethes punctiferalis merupakan OPT polifagus yang sering menyerang durian, pepaya, rambutan, jambu biji, anggur, jagung dan kapas. Sebelumnya hama ini dianggap bukan sebagai hama penting, namun semenjak beberapa tahun terakhir penggerek buah Conogethes punctiferalis menyerang buah kakao di daerah Bantul dan Gunungkidul.
Penggerek Conogethes punctiferalis dianggap sebagai OPT penting karena serangannya bersifat langsung merusak bagian tanaman yang akan dipanen (buah dan biji) khususnya pada beberapa komoditi perkebunan seperti jarak kepyar (Asbani, 2012) dan kakao (Alagar, 2013). Larva Conogethes punctiferalis dapat mengakibatkan kerusakan lebih dari 80% bunga dan buah, dari 40 percent populasi pohon (Alagar, 2013).
Pada tahun 2019, hama ini dijumpai telah menyerang komoditi kakao di kecamatan Dlingo, Bantul (Gambar 2A) dan Patuk, Gunungkidul (Gambar 2C). Pada tahun 2020, penggerek kulit buah ini juga telah menyerang komoditi kakao di Pundong, Bantul (Gambar 2B).
Biologi Conogethes punctiferalis
Hama penggerek kulit buah ini mengalami metamorfosis sempurna, yang dimulai dari telur, larva, pupa dan imago. Menurut Alagar (2013), imago penggerek kulit buah kakao Conogethes punctiferalis menyerupai kupu-kupu atau biasa disebut sebagai ngengat (Gambar 3). Ngengat penggerek kulit buah kakao berwarna kuning pucat dengan bintik-bintik hitam pada seluruh bagian tubuhnya. Lebar sayap bisa mencapai 3 cm. Ngengat ini melakukan perkawinan pada malam hari. Ngengat betina meletakkan telur yang berbentuk oval pipih, secara tunggal atau berkelompok pada permukaan buah diantara tonjolan dan lekukan buah, atau pada dasar bunga.
Telur berkisar antara 20-30 butir telur. Masa inkubasi telur kurang lebih selama 2,9 hari. Telur kemudian menetas dan menjadi larva yang dapat bergerak aktif. Panjang larva berkisar 3 sampai 3,5 cm, warna coklat kemerahan dengan tanda coklat pada setiap segmennya. Larva memiliki rambut dengan kepala berwarna hitam dan dilindungi prothorax. Periode larva penggerek kulit buah kakao ini berlangsung selama 23,82 hari. Setelah menetas, larva memakan bagian dasar bunga, kuncup bunga, kemudian bergerak menggerek kulit buah dan memakan bagian dalam buah. Pada bagian luar buah akan tampak kotoran dari larva tersebut.
Kerusakan pada kulit buah kakao akan cepat menyebar tidak hanya pada kulit buah tetapi juga merusak biji kakao. Lubang terbuka akibat serangan penggerek kulit buah kakao ini seringkali mengakibatkan serangan hama sekunder karena terinfeksi patogen – patogen yang dapat mengakibatkan buah membusuk. Bagian tanaman yang diserang hama ini akan menjadi kering dan gugur sebelum waktunya (Alagar, 2013). Panjang umur ngengat penggerek kulit buah kakao jantan dan betina masing-masing 5,7 dan 6,5 hari. Total siklus hidup rata-rata berkisar 34,7 hari. Sepanjang masa hidupnya larva ditutupi oleh semacam selubung dan kotoran bekas gerekan. Larva dewasa yang akan menjadi pupa tinggal di dalam kulit kakao yang telah rusak atau didalam cocon halus diluar kulit kakao yang rusak. Imago muncul setelah kurang lebih 7 sampai 10 hari. Pada kondisi laboratorium siklus hidup lebih pendek berkisar antara 25 sampai 33 hari.
Gejala Serangan
Gejala serangan pada buah ditandai dengan adanya lubang gerekan dan sisa kotoran pada bagian kulit buah. Larva atau ulat hama ini memakan kulit buah dan selanjutnya masuk kedalam biji. Selain menggerek buah, terutama ketika buah sudah habis, hama ini juga akan menggerek kulit batang disekitar pangkal daun dan batang yang masih muda.
Pengendalian
Pengendalian hama secara mekanis dapat dilakukan dengan mengambil bagian tanaman yang terserang, pemasangan perangkap dan pembungkusan buah. Penyemprotan bahan pengendali dapat dilakukan untuk membunuh telur-telur yang diletakkan di permukaan buah. Hama ini juga dapat dikendalikan dengan beberapa musuh alami seperti Apechthis scapulifera, Brachymeria lasus, Xanthopimpla sp, namun belum diketahui efektivitasnya (Asbani, 2012).
Beberapa tumbuhan yang telah diteliti sebagai pestisida nabati untuk Penggerek Buah Kakao (PBK) bisa diuji coba untuk mengendalikan Conogethes punctiferalis ini. Beberapa jenis tumbuhan yang telah diteliti untuk mengendalikan PBK, antara lain cengkeh (Syzygium aromaticum L.), serai wangi (Cymbopogon nardus L.), mimba (Azadirachta indica), bawang putih (Allium sativum), bandotan (Ageratum conyzoides) dan kemiri sunan (Aleurites trisperma).
Penulis :
Dewi Kurniawati, S.Si.
(Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan Pertama, Balai Proteksi Tanaman Pertanian, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Daerah Istimewa Yogyakarta)
PUSTAKA
Alagar,M.,Rachana K.E.,Bhat K.,Rahman S., Rajesh M.K. 2013. Biology, damage potential and molecular identification of Conogethes punctiferalis Guenee in cocoa (Theobroma cacao Linn.). Journal of Plantation Crops. Central Plantation Crops Research Institute, Kerala, India . 350-356 pp.
Anonim. 2019. Cokelatku budayaku Indonesiaku : tumbuhkan budaya korporasi pekebun kakao. http://ditjenbun.pertanian.go.id/cokelatku-budayaku-indonesiaku-tumbuhkan-budaya-korporasi-pekebun-kakao/. Diakses pada tanggal 10 November 2020.
Asbani, N. 2012. Conogethes punctiferalis, Hama penting Jarak kepyar, Info Tek Perkebunan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian. Vol. 4 Nomor 7.
Soesanty, F. 2014. Pengaruh beberapa jenis formula insektisida nabati untuk melindungi buah kakao dari serangan penggerek. Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar. Sukabumi.