Berdasarkan SNI 6729:2016 tentang Sistem Pertanian Organik, definisi Sistem Pertanian Organik adalah sistem manajemen produksi yang holistik untuk meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agroekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah. Pertanian organik menekankan penerapan praktek-praktek manajemen yang lebih menggunakan penggunaan input dari limbah kegiatan budidaya di lahan, dengan mempertimbangkan daya adaptasi terhadap keadaan/kondisi setempat. Jika memungkinkan hal tersebut dapat dicapai dengan penggunaan budaya, metoda biologi dan mekanik, yang tidak menggunakan bahan sintetis untuk memenuhi kebutuhan khusus dalam sistem.
Untuk itu diperlukan penggantian bahan kimia sintetis kepada input yang ramah lingkungan degan memanfaatkan keragaman hayati di sekitar lahan. Untuk mengganti pestisida kimia, petani dapat menggunakan pestisida hayati yang dibuat dari bahan-bahan organik, agensia hayati seperti Trichodema, ataupun musuh alami (predator alami) seperti burung hantu yang telah diterapkan di salah satu kelompok tani di Kabupaten Sleman yaitu Kelompok Tani Margo Mulyo, Cangcangan, Wukirsari, Cangkringan, Sleman.
Kelompok Tani Margo Mulyo merupakan kelompok tani produsen padi dengan pola tanam padi-padi-padi yang tentu saja menjadi sasaran hama tikus. Dengan menggunakan burung hantu (Tyto alba) sebagai predator alami, kelompok dapat menanggulangi serangan hama tikus tanpa penggunaan bahan kimia sintetis.
Sejatinya, penggunaan predator alami memang beriringan dengan penerapan sistem pertanian organik karena untuk menjaga keberadaan predator alami, tidak diperkenankan menggunakan pestisida kimia. Selain membunuh hama, pestisida tentunya juga akan membunuh predator alami.
Menggunakan predator alami untuk mengendalikan hama penyakit tentu memiliki kelebihan. Dengan menggunakan predator alami, pengendalian hama dapat berjalan dengan sendirinya karena predator akan mencari mangsa (hama) dengan sendirinya, selain itu tidak membutuhkan banyak biaya karena predator hidup secara bebas di alam terbuka. Tidak seperti pestisida kimia yang mana hama dapat mengalami resisten terhadap pestisida, hama tidak akan mengalami resistensi karena sampai kapanpun predator alami akan selalu memangsa hama tersebut. Dengan menggunakan predator alami tentunya aman untuk alam karena memaksimalkan kondisi eksosistem di alam terbuka.
Sistem pertanian organik sesungguhnya tidak terlalu rumit dalam penerapannya. Contohnya dengan menggunakan predator alami sebagai pengendali hama ini. Dengan memanfaatkan alam sekitar, organik bisa dijalankan dengan baik tanpa menggunakan bahan kimia sintetis.
Penulis: Ratriani Puspita Hastuti, S.TP. PMHP Ahli Pertama Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY.